buku karya M. Adnan Amal judul KEPULAUAN REMPAH-REMPAH: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950 |
Selama ini kita tidak begitu dengan jelas mengenal sejarah kerajaan-kerajaan di Maluku. Bagaimana Maluku jaman pararaja klasik, tidak banyak muncul dalam buku-buku sejarah nasional dan lokal. Sejarah Maluku selama ini lebih banyak kita ketahui sejara lebih jelas pada jaman pendudukan Belanda atau VOC. Bagaimana sejarah Maluku jaman jauh sebelumnya atau pada jaman ketika di tanah Jawa atau Sumatera berkembang kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Malayu, Singasari atau Majapahit, sekali lagi tidak begitu banyak kabar berita reverensinya.
Maka ketika ada satu buku sejarah yang mengupas atau menampilkan sejarah kerajaa-kerajaan Maluku, terasa seperti sedikit menyapu rasa dahaga akan keingintahuan sejarah Maluku jaman pararaja Klasik.
Satu buku yang cukup menarik perhatian ini antaranya buku karya M. Adnan Amal berjudul KEPULAUAN REMPAH-REMPAH:Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Ini buku terbitan KPG, Januari 2010 dan sudah cetak ulang tahun 2014.
Sejarawan Prof. Dr. Adrian.B. Lapian dalam pengantar buku ini antaranya menyampaikan, pengetahuan kita tentang sejarah Maluku Utara sangat terbatas. Umumnya diketahui bahwa pada abad ke-16 orang Portugis datang, disusul orang Spanyol, dan kemudian orang Belanda. Berikut ada adu kekuatan negara-negara barat untuk menguasai daerah penghasil rempah-rempah ini. Juga diketahui sedikit tentang perlawanan Pangeran Nuku pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Tetapi sejak VOC terlibat dalam perang0-perang suksesi di Mataram, apalagi sesudah harga rempah-rempah menurun di pasar Eropa, Belanda lebih banyak memperhatikan eksploitasi pulau Jawa saja dan kemudian di paro akhir abad ke-19 membuka perkebunan di Sumatera. Maka kesan umum seolah-olah sejarah Maluku Utara berhenti.
Hadirnya buku KEPULAUAN REMPAH-REMPAH, menurut A.B. Lapian, merupakan bekal pengetahuan yang berharga untuk memahami masa lampau Maluku Utara. Menurut A.B. Lapian, buku ini terdapat juga kandungan kabar berita kisah yang bisa juga hanya sebuah mitos, oleh karena itu diperlukan bukti-bukti kuat untuk mendukungnya sehingga dapat disusun kembali menjadi sebuah kisah sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Buku ini antaranya membahas kerajaa-kerajaan awal yang pernah membangun peradaban di Maluku. Buku ini memang kurang fokus membahas sejarah perkembangan awal kerajaan-kerajaan klasik di Maluku. Buku ini mulai memahas masa purba sampai masa setelah kemerdekaan Indonesia. Meski demikian, adanya kabar berita tentang keberadaan kerajaan-kerajaan klasik di Maluku, buku ini sangat layak untuk kita baca bersama menambah wawasan tentang kesejarahan Maluku jaman pararaja Klasik.
Dalam bab dua, buku ini menyebutkan terdapat sejumlah mitos mengisahkan kelahiran dan asal-usul kerajaan-kerajaan di Maluku, khususnya empat kerajaan besar, Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Naidah, salah seorang klan Jiko yang menjabat sebagai Hukum Soasio dari 1859-1864 dan penulis sejarah Ternate, bercerita tentang riwayat kelahiran raja-raja Maluku yang mirip legenda jayakatwang di Jawa Timur.
Tidak jelas alasan atau dasarnya kenapa buku ini menyebut sejarah Jayakatwang sebagai suatu legenda dan apa maksudnya. Yang pasti buku ini lanjut menerangkan tentang karya Naidah, bahwa naskahnya yang ditulis dalam bahasa ternate telah diterjemahkan oleh P. Van der Crab yang merupakan mantan Residen Ternate tahun 1863-1864, ke dalam baahasa belanda dan diberi anotasi, kemudian diterbitkan pada 1878 dalam Bijdragen tot de Taal, land en volkenkunde van nederlandisch Indie (BKT). Hikayat ini diberi judul oleh Crab: Geschiedenis van ternate, in der Ternataanschenen Malaeischen Tekst, beschreven door der Ternataan Naidah, met vertaling en Aantekeringen door P. Van der Crab atau Sejarah ternate, Dalam teks berbahasa ternate dan Melayu, ditulis oleh Naidah, seorang ternate, dengan terjemahan dan catatan oleh P. van der Crab.
Hikayat Ternate yang ditulis oleh Naidah berkisah tentang kedatangan seorang tokoh dari tanah Arab bernama Jafar Sadek yang pada suatu ketika melihat 7 bidadari sedang mandi di suatu danau. Jafar Sadek menyembunyikan satu sayap seorang bidadari bernama Nur Sifa, sehingga bidadari ini tidak dapat terbang mengikuti teman-temannya yang lain.
Kemudian Jafar Sadek menikah dengan Nur Sifa dan menurunkan 3 anak laki-laki.
Hikayat Ternate menampilkan tokoh mitos bernama Jafar Sadek sebagai cikal bakal sejarah Maluku.
Pertemuan antara Jafar Sadek dengan bidadari bernama Nur Sifa lalu menjalin perkawinan, sangat mirip dengan kisah legenda tanah Jawa tentang tokoh Jaka Tarub yang menikahi seorang bidadari dan menurunkan anak yang kelak menjadi cikal leluhur pararaja Mataram Islam.
Jadi buku KEPULAUAN REMPAH-REMPAH sepertinya tidak cermat ketika menulis bahwa riwayat kelahiran raja-raja Maluku mirip dengan legenda Jayakatwang di Jawa Timur. Yang benar adalah riwayat kelahiran raja-raja di Maluku mirip dengan kisah legenda perkawinan Jaka Tarub dan bidadari Nawangwulan.
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, mengapa Hikayat Ternate memiliki kemiripan dengan hikayat kisah legenda dari tanah Jawa?
Apalah itu berarti bahwa Hikayat Ternate yang mengisahkan asal-usul kerajaan-kerajaan awal di Maluku sebenarnya disusun oleh orang yang pernah membacaa naskah Babad Tanah Jawi?
Wallohu a'lam Bhis- shawab.
###########
#kisahSEJARAHklasik