poto lama gerbang makan Sunan Giri Raden Paku sumber poto perpustakaan universitas Leiden |
Ketika kita membicarakan sejarah keruntuhan kerajaan Majapahit, akan ketemu beberapa perbedaan tafsir terkait kapan tahun kejadiannya. Ada tafsir atau teori yang menyebutkan Majapahit runtuh tahun 1478M akibat serbuan pasukan Islam Demak Raden Patah. Ada pula tafsir yang menyebutkan Majapahit runtuh akibat gempuran pasukan Islam Demak pada tahun 1527M. Hanya dari tafsir tafsir itu masih sangat jarang menyinggung soal riwayat serbuan pasukan Majapahit ke Kedaton Giri. Yang lebih menarik, penyerbuan Majapahit ke Kedaton Giri terjadi dua kali. Barangkali itu yang kemudian menjadi salah satu penyebab munculnya ketegangan dan konflik hubungan antara Majapahit dan pihak Demak
Berikut ini catatan dari: https://siwisang.wordpress.com/2016/09/24/menyoal-berita-btj-yang-meriwayatkan-majapahit-dua-kali-menggempur-kedaton-giri/
Ternyata ada kisah SEJARAH klasik yang selama ini disembunyikan atau jarang jadi bahasan para sejarawan ketika membahas seputar penyerangan Demak terhadap Majapahit. Bahwa sebelum runtuh akibat serbuan Demak, Majapahit pernah dua kali menggempur Kedaton Giri. Lepas dari polemik penentuan tahun kapan perang antara Demak dengan Majapahit itu terjadi, riwayat penyerangan Majapahit terhadap Giri Kedaton sebagaimana ditulis Babad Tanah Jawi, jelas penting untuk dicermati dan dikaji lanjut.
Bahwa selama ini sekali lagi tidak banyak bahasan soal upaya Majapahit 2 kali menyerang Kedaton Giri.
Padahal inilah yang kemungkinan besar, berdasarkan berita BTJ, merupakan alasan kenapa raden Patah atau pihak Demak menjadi renggang hubungan dengan Majapahit. Nilai sejarah dalam riwayat ini kiranya patit dipertimbangkan.
Bahwa konflik antara Demak dan Majapahit pada
mulanya karena Majapahit lebih dulu menyerang pusat pemerintahan Islam di Giri
Kedaton.
Ini yang kiranya membuat Demak kecewa dengan pihak Majapahit dan berupaya memerdekakan diri membangun suatu kesultanan di pesisir utara Jawa dengan nama Kesultanan Demak.
BTJ meriwayatkan, Majapahit dua kali menyerang Giri Kedaton tapi dua kali pula Majapahit menerima kegagalan.
Sumber BTJ meriwayatkan, Majapahit menggempur Kedaton Giri tapi berhasil dipukul mundur oleh Sunan Giri.
Setelah sunan Giri Prabu Satmata wafat, Giri Kadaton ditempati Sunan Giri Parapen sebagai raja Pandita dikenal sebagai Pandita Giripura atau Pandita Ngargapura.
Pada masa pemerintahan Sunan Giri Parapen, Majapahit kembali menggempur Kedaton Giri. Dikisahkan BTJ, raja Brawijaya berniat menyirnakan Susuhunan Ngarga Parapen. Sunan Giri Parapen sempat terdesak dan mengungsi ke utara. Giri Kedaton kosong dan dibumi hangus orang Majapahit. Raja putra mahkota Majapahit memerintahkan untuk menyirnakan setana atau makam Jeng Sunan Giri Prabu Satmata [Sunan Giri I].
Tapi upaya itu menemui kegagalan karena mendapat perlawanan yang dalam BTJ disimbolkan dengan serbuan Pasukan Tawon menghancur pasukan Majapahit hingga mengejar ke keraton Majapahit dan raja Majapahit dikisahkan sampai Atilar Praja atau meninggalkan Istana.
Sunan Giri Parapen kembali ke Giri Kedaton. Tapi keadaan sudah bumi hangus. Jadi ara ara tanpa ada rumah.
Pada waktu itu terdengar berita jika Majapahit sudah bedah. Raja Brawijaya dan orang orangnya meninggalkan negeri Majapahit karena diserang PASUKAN TAWON.
Tapi BTJ meriwayatkan, raja Majapahit kembali ke pura dan sejak saat itu tidak lagi berani bikin sikara atau merusak atau melawan Susunan Giri Pura. BTJ menulis, Kedaton Giri semakin berkembang kuat menmgukuhkan agama Islam rahayu Praja Giripura.
Kemudian terdengar berita raden Patah di Demak 3 tahun tidak seba ke istana Majapahit.
Ini yang kiranya membuat Demak kecewa dengan pihak Majapahit dan berupaya memerdekakan diri membangun suatu kesultanan di pesisir utara Jawa dengan nama Kesultanan Demak.
BTJ meriwayatkan, Majapahit dua kali menyerang Giri Kedaton tapi dua kali pula Majapahit menerima kegagalan.
relief makan Sunan Giri I di Gresik poto tahun 1924 sumber: perpustakaan universitas Leiden |
Sumber BTJ meriwayatkan, Majapahit menggempur Kedaton Giri tapi berhasil dipukul mundur oleh Sunan Giri.
Setelah sunan Giri Prabu Satmata wafat, Giri Kadaton ditempati Sunan Giri Parapen sebagai raja Pandita dikenal sebagai Pandita Giripura atau Pandita Ngargapura.
Pada masa pemerintahan Sunan Giri Parapen, Majapahit kembali menggempur Kedaton Giri. Dikisahkan BTJ, raja Brawijaya berniat menyirnakan Susuhunan Ngarga Parapen. Sunan Giri Parapen sempat terdesak dan mengungsi ke utara. Giri Kedaton kosong dan dibumi hangus orang Majapahit. Raja putra mahkota Majapahit memerintahkan untuk menyirnakan setana atau makam Jeng Sunan Giri Prabu Satmata [Sunan Giri I].
Tapi upaya itu menemui kegagalan karena mendapat perlawanan yang dalam BTJ disimbolkan dengan serbuan Pasukan Tawon menghancur pasukan Majapahit hingga mengejar ke keraton Majapahit dan raja Majapahit dikisahkan sampai Atilar Praja atau meninggalkan Istana.
Sunan Giri Parapen kembali ke Giri Kedaton. Tapi keadaan sudah bumi hangus. Jadi ara ara tanpa ada rumah.
Pada waktu itu terdengar berita jika Majapahit sudah bedah. Raja Brawijaya dan orang orangnya meninggalkan negeri Majapahit karena diserang PASUKAN TAWON.
Tapi BTJ meriwayatkan, raja Majapahit kembali ke pura dan sejak saat itu tidak lagi berani bikin sikara atau merusak atau melawan Susunan Giri Pura. BTJ menulis, Kedaton Giri semakin berkembang kuat menmgukuhkan agama Islam rahayu Praja Giripura.
Kemudian terdengar berita raden Patah di Demak 3 tahun tidak seba ke istana Majapahit.
Itu terjadi setelah Majapahit menyerang Giri 2
kalinya.
Kemungkinan sejak saat itu, Demak beralih banyak seba ke Kedaton Giri.
Sangat mungkin Demak kecewa setelah Majapahit menyerang Giri Kedaton.
Selanjutnya dikisahkan, setelah 2 kali Majapahit gagal menaklukkan Giri Kedaton, adipati Terung raden Kusen diutus raja Majapahit untuk memanggil Raden Patah di Demak yang sudah 3 tahun tidak seba ke Majapahit.
Hanya menurut penulisan BTJ, setiba di Demak, Adipati Terung yang masih adik Raden Patah, justru menyokong atau mendorong raden Patah untuk bedah Majapahit. Menurut periwayatan BTJ, Adipati Terung balik mendukung kakaknya.
BTJ menempatkan perang antara Demak lawan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Raden Patah.
Sementara Babad Sengkala meriwayatkan Demak menyerang Majapahit pada tahun 1527M jaman Sultan Trenggana.
Sumber berita BTJ terkait tahun kronologis kejadian perang Demak melawan Majapahit juga tidak sesuai dengan beberapa sumber seperti catatan Tome Pires dan berita dalam Sajarah Banten, juga Babad Sengkala.
Kemungkinan sejak saat itu, Demak beralih banyak seba ke Kedaton Giri.
Sangat mungkin Demak kecewa setelah Majapahit menyerang Giri Kedaton.
Selanjutnya dikisahkan, setelah 2 kali Majapahit gagal menaklukkan Giri Kedaton, adipati Terung raden Kusen diutus raja Majapahit untuk memanggil Raden Patah di Demak yang sudah 3 tahun tidak seba ke Majapahit.
Hanya menurut penulisan BTJ, setiba di Demak, Adipati Terung yang masih adik Raden Patah, justru menyokong atau mendorong raden Patah untuk bedah Majapahit. Menurut periwayatan BTJ, Adipati Terung balik mendukung kakaknya.
BTJ menempatkan perang antara Demak lawan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Raden Patah.
Sementara Babad Sengkala meriwayatkan Demak menyerang Majapahit pada tahun 1527M jaman Sultan Trenggana.
Sumber berita BTJ terkait tahun kronologis kejadian perang Demak melawan Majapahit juga tidak sesuai dengan beberapa sumber seperti catatan Tome Pires dan berita dalam Sajarah Banten, juga Babad Sengkala.
############