Konstantinopel 1850M [sumber poto: https://de.wikipedia.org/wiki/Konstantinopel#/media/File:Konstantinopel-1850.jpg] |
Konstantinopel merupakan ibukota kerajaan Romawi Timur yang kelak berganti nama Istambul ibukota kerajaan Turki Utsmani masa Sultan Muhammad al-Fatih. Sebelum bernama Konstantinopel, kota yang sangat terkenal dalam sejarah Islam dunia ini bernama kota Byzantium di selat Bosporus. Pada mulanya, Konstantin kaisar Romawi berkeinginan menjadikan kota Byzantium itu sebagai ibukota kerajaan Romawi. Tetapi gagal. Tahun 395, kerajaan Romawi pecah jadi dua, Romawi Barat dengan ibukota Roma dan Romawi Timur dengan ibukota Konstantinopel. Kota Roma tidak bertahan lama karena jatuh ke tangan bangsa Goth tahun 476. Adapun kota Konstantinopel bertahan seribu tahun sampai akhirnya ditaklukkan sultan Muhammad al-Fatih penguasa kesultanan Turki Utsmani tahun 1453M. Sejak saat itu, Konstantinopel menjadi ibukota kesultanan Turki Utsmani dan berganti nama Istambul.
Sejarah penaklukkan Konstantinopel oleh sultan Muhammad al-Fatih tahun 1453M telah banyak dibahas penulis sejarah dunia. Para sejarawan orientalis kebanyakan menulis dengan nada negatif. Mereka menulis propaganda bahwa dalam penaklukkan itu, pihak Turki Utsmani cenderung melakukan kekejaman dan kebiadaban. Kebanyakan penulis orientalis sepertinya masih sulit menerima fakta sejarah bahwa Konstantinopel ibukota Romawi Timur telah ditaklukkan kekuasaan Islam Turki Utsmani.
Contoh penulisan negatif perihal sejarah penaklukkan Konstantinopel oleh Muhammad al-Fatih dapat kita baca antaranya dalam penulisan wikipedia [https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel ] merujuk buku They Saw It Happen in Europe 1450-1600 (1965) karya C.R.N. Routh, menceritakan sebagai berikut:
Tidak akan ada yang mampu menyamai horror dari tontonan yang mengerikan dan menakutkan ini. Orang-orang yang ketakutan oleh jeritan berlarian dari rumah mereka dan dibunuhi oleh pedang sebelum mereka tahu apa yang sedang terjadi. Dan beberapa dibantai di dalam rumah mereka di mana mereka berusaha bersembunyi, dan beberapa di gereja di mana mereka mencari perlindungan.
Para tentara Turk yang murka . . . tidak memberi ampun. Ketika mereka telah membantai dan tidak ada lagi perlawanan, mereka berlanjut menjarah dan berkeliaran di seluruh kota mencuri, menelanjangi, merampok, membunuh, memperkosa, menawan pria, wanita, anak-anak, orang tua, anak muda, biarawan, pendeta, orang-orang dengan semua jenis dan kondisi . . . Ada para perawan yang terbangun dari tidur yang menganggu dan mendapati para penjahat itu berdiri di atas tubuh mereka dengan tangan penuh darah dan wajah penuh kemarahan hina. Campuran segala bangsa ini, para biadab kalut ini mendatangi rumah-rumah mereka, menyeret mereka, memaksa mereka, menodai mereka, memperkosa mereka di persimpangan jalan dan membuat mereka tunduk pada kekejaman yang pang mengerikan, Bahkan disebutkan bahwa ketika melihat para tentara ini, banyak gadis yang langsung kaku dan nyaris meninggal.
Para orang tua dengan penampilan mulia ditarik rambut putihnya dan secara memilukan dipukuli. Para pendeta dijadikan tawanan berkelompok, beserta para perawan saleh, biarawan, dan pertapa yang mengabdi hanya kepada Tuhan dan hidup hanya untuk-Nya kepada-Nya mereka mengorbankan diri, yang ditarik dari sel mereka dan yang lainnya dari gereja di mana mereka mencari perlindungan, meskipun mereka menangis dan terisak dan pipi kurus mereka, dijadikan obyek hinaan sebelum dibunuh. Anak-anak lembut dirampas dengan brutal dari payudara ibu mereka dan anak gadis diperkosa secara aneh dan mengerikan, dan ribuan hal mengerikan lainnya terjadi. . .
Tempat-tempat suci dinodai, dirusak dan dijarah . . . benda-benda suci secara hina dilemparkan, patung dan wadah suci dinodai. Ornamen dibakar, dihancurkan berkeping-keping atau dibuang ke jalanan. Mezbah para santo secara brutal diobrak-abrik untuk dicari sisa-sisa yang kemudian dilemparkan ke udara. Piala dan gelas untuk perayaan Misa disishkan untuk pesta pora mereka atau dihancurkan atau dlelehkan atau dijual. Pakaian para pendeta yang bersulam emas dan dihiasi mutiara dijual kepada penawar termahal dan dilemparkan ke api untuk mengambil emasnya. Banyak sekali buku suci dan duniawi yang dibuang ke api atau dirobek-robek atau dinjak-injak. Namun sebagian besarnya dijual dengan harga yang sangat rendah, untuk beberapa sen. Altar para santo, direnggut dari fondasinya, dijungkirkan. Semua tempat persembunyian suci dirusak dan dihancurkan untuk memperoleh harta karun suci di dalamnya . . .
Catatan yang dikutip penulis wikipedia dari narasi sejarah buku They Saw It Happen in Europe 1450-1600 terasa sekali sangat tendensius seakan-akan pasukan Turki Utsmani tak ada sesuatu yang dilakukan selain kebiadaban dan pembumihangusan Konstantinopel. Dalam suatu perang segalanya memang dapat saja terjadi. jatuhnya korban dan bumi hangus pasti terjadi dalam suatu perang. Tapi apakah benar bahwa pasukan Islam Turki Utsmani melakukan kekejaman tanpa peri kemanusiaan dengan membantai orang-rang sipil secara kejam? Jika kita percaya pada catatan bahwa Muhammad al-fatih adalah seorang pemimpin Islam yang agung senantiasa menjalankan ajaran Islam, tentulah kita akan menilai bahwa narasi yang ditampilkan dalam buku They Saw It happen in Europe dan beberapa buku yang dikutip wikipedia itu sangat berlebihan dan mengandung suatu penyesatan sejarah.
Sebagai perbandingan, ada baiknya kita simak paparan dalam buku Sejarah Peradaban Islam karya Dr.Badri Yatim yang menunjukkan betapa kekuasaan Turki Utsmani paska penaklukkan Konstantinopel banyak melakukan pembangunan peradaban yang penuh toleran melindungi para penganut agama lain.
Setelah penaklukkan Konstantinopel, Muhammad al-Fatih menjadikan Istanbul sebagai ibukota kerajaan Turki Utsmani. Ia melakukan penataan terhadap kehidupan orang-orang Kristen Yunani [Romawi]. Dalam penataan tersebut, Muhammad al-Fatih tetap memberikan kebebasan kepada pihak gereja, seperti yang dilakukan pendsahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan ajaran Islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Berkenaan dengan kekuasaan keagamaan orang Kristen Yunani, ia bahkan menyerahkan pelaksanaannya kepada penguasa keagamaan mereka. Hal yang sama juga berlaku bagi penganut agama Yahudi. Setiap agama mempunyai komunitasnya sendiri yang disebut dengan millet. Sultan memberi kebebasan kepada penganut agama Kristen misalnya untuk memilih dan menentukan patriach. Bilamana seorang patriach sudah terpilih, ia kemudian melantiknya dan memberikan tongkat serta cincin kepatriachan kepada patriach terpilih itu.
Terkait penaklukkan Konstantinopel oleh sultan Muhammad al-fatih tahun 1453M, ada catatan menarik yang barangkali saja jarang kita ketahui. Bahwa penaklukkan itu dimulai pada hari Jum'at tanggal 6 April 1453M sampai hari Selasa tanggal 25 Mei 1453M.
Sebelum melakukan penaklukkan, pasukan Turki Utsmani diriwayatkan melakukan sholat Jum'at di luar benteng kota Konstantinopel.
###########
sumber bacaan: buku karya Dr. Badri Yatim, M.A judul SEJARAH PERADABAN ISLAM