December 27, 2016

Ini Bukti Sejarah Majapahit Pernah Menguasai Nusantara

  peta wilayah Majapahit sumber: buku prof Ketut Riana thumbnail 1 summary


 
peta wilayah Majapahit sumber: buku prof Ketut Riana



ADA TEORI BARU tentang sejarah Majapahit. Teori yang menyatakan bahwasanya Majapahit tidak pernah menguasai daerah daerah lain di nusantara atau luar Jawa. Majapahit, menurut teori ini hanya meliputi wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Majapahit tidak pernah berkuasa di luar wilayah itu. Daerah daerah atau negeri negeri di luar Majapahit atau di luar wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah punya kedudukan sederajat dengan pihak kerajaan Majapahit. Mereka tidak tunduk pada kekuasaan Majapahit. Mereka adalah MITREKA SATATA Majapahit. Mitreka Satata artinya negeri sahabat yang memiliki kedudukan sejajar tidak menguasai dan tidak dikuasai. Teori atau pendapat itu diluncurkan oleh Prof Hasan Djafar, arkeolog dan epigrafi UI dan penulis buku Masa Akhir Majapahit: GIRINDRAWARDDHANA dan Masalahannya.

Tulisan yang mengulas pendapat prof Hasan Djafar bahwa Majapahit tidak pernah menguasai nusantara telah lama beredar di dunia maya atau media digital. Beberapa media mainstream digital juga percaya begitu saja pendapat prof Hasan Djafar. Dapat lihat di sini :





Seorang ahli arkeologi, epigrafi dan sejarah kuno, Hasan Djafar, menyampaikan bahwa, omong kosong kalau dikatakan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan seluas Nusantara. Menurutnya, wilayah Kerajaan Majapahit cuma berada di pulau Jawa. Itu pun hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur.


Seberapa jitu teori Prof Hasan Djafar yang menyatakan bahwa Majapahit tidak pernah menaklukkan negeri negeri di luar pulau Jawa atau Nusantara?

Pada kesempatan ini akan kita cek kejituan teori dari Prof Hasan Djafar. Sebagaimana diketahui, beliau selama ini gencar kampanyekan pendapatnya di banyak kesempatan bahwa berita Majapahit pernah menguasai Nusantara adalah kebohongan ilmiah terbesar abad ini. 

Pertama soal MITREKA SATATA MAJAPAHIT.

Meski dikenal sebagai kerajaan Hindu-Buddha yang terbesar, kenyataannya Majapahit tak pernah menguasai Nusantara. Hasan mengungkapkan dalam etimologi "menguasai" ada kesan seolah-olah ada daerah atau wilayah taklukan dan ada upeti yang disetorkan dari penguasa daerah kepada Raja Majapahit. Faktanya, kata Hasan, hubungan Majapahit dengan daerah-daerah sekitarnya bersifat "mitra satata" alias sahabat setara atau mitra dalam kedudukan yang sama tinggi.[http://regional.liputan6.com/read/2485464/baru-diketahui-majapahit-tak-pernah-kuasai-nusantara  ].

Prof Hasan Djafar berpendapat bahwa negeri negeri atau kerajaan kerajaan di luar wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah kedudukannya adalah sebagai Mitreka Satata dengan Majapahit atau sebagai negeri sahabat yang tidak punya kewajiban mengirim upeti tiap tahun sebagai tanda takluk negara bawahan Majapahit.

Ternyata Prof Hasan Djafar telah keliru membaca atau memahami negeri negeri Mitreka Satata Majapahit dalam Kakawin Negarakertagama.

Berdasarkan Kakawin Negarakertagama, yang merupakan negeri negeri Mitreka Satata Majapahit adalah negeri negeri asing yang berada di luar Indonesia sekarang. Jaman Majapahit, negeri negeri yang termasuk sebagai Mitreka Satata Majapahit adalah negeri negeri yang berada di luar zona wilayah Nusantara kekuasaan Majapahit.

Negeri negeri Mitreka Satata Majapahit, menurut Kakawin Negarakertagama antaranya negeri negeri asing seperti Siam, Campa, Kamboja, Yawana.

Negeri Tiongkok tidak ditulis sebagai salah satu negeri Mitreka Satata Majapahit. Ini menunjukkan pada tahun 1365M, tahun selesainya penulisan kakawin negarakertagama oleh Prapanca, Negeri Tiongkok yang waktu itu masih dalam kekuasaan Dinasti Yuan, tidak dianggap sebagai negeri sahabat. Pada faktanya memang sekitar tahun itu, pernah terjadi perselisihan di sekitar perairan Malaka antara armada perang Majapahit dengan pihak negeri Tiongkok. Itu terjadi paska wafatnya Adityawarman maharaja Pagaruyung Malayu. Dalam perkembangannya, sekitar jaman Laksamana Cheng Ho, kemungkinan besar negeri Tiongkok Dinasti Ming masuk sebagai salah satu Mitreka Satata Majapahit. Jaman pemerintahan Maharani Sri Suhita, bahkan ada mahaduta Tiongkok yang ditempatkan di kotaraja Majapahit.

Demikian sekilas soal Mitreka Satata atau negeri negeri sahabat Majapahit. Istilah Mitreka Satata yang dipakai Prof Hasan Djafar jelas mengambil dari kakawin Negarakertagama atau Desawarnnana.

Negarakertagama wirama 13-16, menurut Prof I Ketut Riana, menguraikan wilayah jajahan serta negara sahabat yang berhubungan dengan Majapahit. Jadi ada negara negara sahabat dan ada negara negara jajahan Majapahit. Mitreka Satata adalah negara negara sahabat Majapahit yang punya kedudukan sederajat tidak punya kewajiban kirim upeti rutin tiap tahun sebagai tanda takluk kepada Majapahit.  Ini berbeda dengan negara negara jajahan Majapahit yang punya kewajiban kirim upeti rutin tiap tahun dalam pisowanan agung sebagai tanda takluk kepada Majapahit. Negara negara jajahan Majapahit diuraikan lengkap dan terperinci dalam Kakawin Negarakertagama. Demikian pula negara negara asing yang menjadi sahabat atau Mitreka Satata Majapahit.

Negara negara sahabat atau Mitreka Satata Majapahit diuraikan dalam wirama 15 Kakawin Negarakertagama. 

nahan lwirning desantara kacaya de sri narapati,
tuhun tang syangkayodhya pura kimutang dharma nagari
marutma mwang ring raja pura nguniweh sangha nagari
ri campa kambhoja nyati yawana MITREKA SATATA 

Terjemahan Prof  I Ketut Riana dalam buku Kakawin Desa Warnnana uthawi Nagara Krtagama: 

inilah negara asing yang berhubungan dengan baginda raja
ternyata negeri siya [siam] Ayodia pura, begitu pula dharma nagari
marutma, dan rajapura terutama sangha nagari
campa, kambhoja, dan yawana selalu bersahabat.

Berdasarkan berita Kakawin Negarakertagama terdapat 8 negeri yang termasuk Mitreka Satata Majapahit yaitu: Siam/Syangka, Darmanegara, Martaban/Birma/Myanmar, Rajapura, Singanagari, Campa, Kamboja, dan Jawana/Annam.

Negeri negeri yang termasuk Mitreka Satata atau sahabat Majapahit jelas tidak punya kewajiban sowan dan kirim upeti rutin tiap tahun ke Majapahit. 

Kalau soal bertukar hadiah antara Majapahit dengan negeri negeri sahabat sudah barang tentu kerap dilakukan sebagai tanda persahabatan.

Yang pasti, hadiah berbeda dengan upeti. Hadiah sifatnya tidak wajib, sedang upeti sifatnya wajib.

Jadi saya juga heran ketika prof Hasan Djafar menyamakan kedudukan hadiah dengan upeti yang berlaku pada jaman Majapahit.

NEGERI NEGERI BAWAHAN MAJAPAHIT

Kalau negeri negeri jajahan atau bawahan Majapahit di Nusantara, silakan baca dalam kakawin Negarakertagama. 

Ini sekilas negeri negeri bawahan Majapahit. 

Negeri negeri jajahan atau bawahan Majapahit tidak termasuk Mitreka Satata Majapahit. Kewajiban negeri negeri bawahan Majapahit antaranya mereka punya kewajiban sowan dan menyerahkan upeti rutin tiap tahun sebagai tanda takluk. 

Hak negeri negeri bawahan Majapahit antaramya mereka tetap berhak penuh mengelola atau memerintah daerahnya sendiri sesuai adat tradisi yang berlaku, berhak dipimpin oleh tokoh pribumi. Dalam tata pemerintahan atau suksesi kepemimpinan, pihak Majapahit tidak punya kewenangan mencampurinya lebih jauh.

Meski demikian ada beberapa negeri bawahan Majapahit yang mendapat campur tangan pihak Majapahit atau memiliki penguasa dari Majapahit. Contohnya adalah Palembang jaman pemerintahan Arya Damar dan Tumenggung Pu Nala yang diriwayatkan memerintah di Negeri Dompo.

Negeri negeri bawahan Majapahit juga berhak mendapat perlindungan keamanan dan ketertiban dari pihak Majapahit sebagai kerajaan induk. Jika suatu negeri bahawahan Majapahit mendapat serangan atau ancaman dari negeri lain atau negeri asing, mereka berhak meminta bantuan kepada pihak Majapahit.

Negeri negeri bawahan Majapahit  yang dimaksud adalah negeri negeri yang tidak ditempati seorang Bhre.

###############