Berikut ini lanjutan diskusi sejarah keruntuhan Majapahit atau masa akhir Majapahit di grup sejarah FB Majapahit. Atau lanjutan dari http://kisahsejarahklasik.blogspot.co.id/2016/10/diskusi-sejarah-keruntuhan-majapahit.html
Ini rekaman diskusi panjang di grup FB MAJAPAHIT topik Keruntuhan Majapahit yang selama ini menjadi polemik karena terdapat beberapa penafsiran. Ini diskusi sangat menarik karena melibatkan Siwi Sang penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit dan Damar Shashangka penulis novel sejarah Darmagandul. Diskusi ini diikuti para anggota grup MAJAPAHIT. Ini ditampilkan apa adanya tidak diedit, hanya ada beberapa komentar yang tidak ditampilkan jika terlalu jauh dari topik bahasan. Isi diskusi ini sengaja ditampilkan di sini supaya menjadi bahan bacaan dan kajian bersama. Bagi nama yang tidak berkenan ditampilkan di sini dapat konfirmasi. Terimakasih.
Shalahuddin Gh Siwi Sang:
mungkin tautan ini bisa membantu:
https://ibgwiyana.wordpress.com/2014/04/25/dwijendra-tatwa/
DWIJENDRA TATWA
PARAMA DHARMA DANGHYANG NIRARTHA Untuk membuka lembaran Riwayat Hidup Danghyang...
Shalahuddin Gh I.b. Anom:
tumuli sira angalih Dahanagara, apan ri huwus kalah Wilwatikta dening gama Slam
--> apakah ini bermakna pindah ke daha atau pindah dari daha? yang saya
posting di atas adalah terjemahan darimu, bli.
11 Februari
pukul 19:24
Shalahuddin Gh Siwi Sang Damar Shashangka:
<<tumuli sira angalih Dahanagara, apan ri huwus kalah Wilwatikta dening
gama Slam>> dari kata-katanya sepertinya ini masih bahasa kawi, ya? jika
demikian, mungkin naskah itu sudah lama usianya. bahkan mungkin lebih tua drpd
babad tanah jawi. bagaimana menurut bli Sandikasvidya
Sankara?
11 Februari
pukul 19:30
Yang Cipto Majapahit
kerajaanya dimojokerto kekuatanya yg asli dipati . Demak kerajaanya juga
kekuatanya dipati .
11 Februari
pukul 19:30
Rey Taka refereninya
dr mana kang@yang cipto ??
11 Februari
pukul 19:41
Sandikasvidya
Sankara Kang mas Shalahuddin Gh,
iya teks tersebut masih menggunakan bahasa kawi. Saya ada teks itu, lengkap
dengan terjemahannya sangat lengkap. Teks tersebut merupakan rekam jejak
perjalanan Danghyang Nirartha (ida pedanda saktu wawu rawuh) yang
selanjutnya ...Lihat
Selengkapnya
11 Februari
pukul 20:47
Gede Yogi
Astrawan Angalih= Mencari atau kembali ke negara daha/kerajaan
daha. Tdk pindah kdaha ato pindah dr daha.
Kira2 bgtu. Semoga mmbantu. Maap klo slh.
11 Februari
pukul 20:49
Sandikasvidya
Sankara Benar bli Gede Yogi
Astrawan, dalam teori terjemahan, teks bisa diterjemahkan secara
literal, bisa secara sastra. Secara literal, angalih berarti mencari, dari kata
dasar ngalih=cari, mendapat awalan a, jadi angalih mencari,menuju. Dalam
terjemahan sastra bisa diartikan kembali ke daha, berpindah menuju daha, dll.
Terjemahan sastra akan membuat terjemahan tidak kaku, asal tidak mengurangi
esensi intrisik sastra...
11 Februari
pukul 21:05
Gede Yogi
Astrawan Suksema atas penjelasan lengkapnya bliSandikasvidya
Sankara
Memang sangat mnarik sekali tuk dbaca dpahami kisah kesah ida nirartha ...
11 Februari
pukul 21:14
Siwi Sang Sankara@terimakasihuraiannya.
Angalih boleh saya maknai berpindah tempat. Angalih [ring] dahanagara.
Berpindah ke daha, sebab majapahit [di trowulan] sudah ditaklukkan gama slam.
Dari kalimat itu ada dua fakta:
trowulan sudah diduduki gama slam [koalisi demak].
Dalam saat bersamaan daha kadiri masih aman. Sehingga dahnyang nirarta menuju
daha.
Apa begitu nggih? Maaf jika keliru penafsiran kerna saya belum sempat baca
lebih lengkap dwijendra tattwa.
Saya sepakat itu basa kawi. Pararaton juga menampilkan kata `dening`. Contoh
saat pararaton menulis tersingkirnya tohjaya.
Maring geger rinuruh dening kawulanira.
Hanya terkait frasa `gama slam`, saya mohon dijelaskan. Kenapa muncul `gama
slam` bukannya demak? Dan apa istilah gama juga muncul dalam naskah lain
sejaman?
11 Februari
pukul 21:40
Siwi Sang Shalahudin@
ok mas. Suwun linknya. Saya juga satu pakat bahwa itu basa kawi.
11 Februari
pukul 21:42
Siwi Sang Lalu
terkait masa danghyang nirartha dan gelgel.
Era dalem waturenggong di gelgel simapura klungkung bali berlangsung pada kurun
tahun berapa? Kapan kira kira danghyang nirartha tiba di gelgel? Suwun.
11 Februari
pukul 21:57
Lintang Wetan Jika
prabu kertabhumi wafat pada tahun 1478, ada kesan kuat wafatnya akibat
penyerangan keraton waktu itu. Jika yang menyerang adalah demak aka gama islam,
muncul kejanggalan. Padahal dalam serat darmogandhul dikisahkan prabu sudah
mualaf. Yang selalu jadi pertanyaan saya, sudah mualaf kok tetap dibunuh?
Atau setidaknya ditangkap atau diperlakukan tidak baik sehingga sakit dan mati
di tahun itu juga. Kok raden patah kejam sekali, sudah dituruti, sudah menyerah
masih saja menghabisi raja??? Bagi saya ini agak janggal.
11 Februari
pukul 22:02
Rey Taka @
lintang,,saya bc darmagandul punya @mas damarsasangka ..ndak bgt ceritanya...
brawijaya memamng masuk islam atas prakarsa kalijogo,, beliau ndak dibunuh
patah,,tetapi meninggal karna sakit,, sedangkan patah masih dlm perjalanan
menjnguk ayahnya
11 Februari
pukul 22:11
Gede Yogi
Astrawan Kang Siwi Sang ida nirartha sampai dbali dr blambangan caka
1411 .
11 Februari
pukul 22:14
Siwi Sang Gede yogi@terimakasih
infonya, mbah. Tahun 1489M danghyang nirartha tiba di bali. apakah dalam rontal
dwijendra tattwa diceritakan tahun itu majapahit dah runtuh? atau masih berdiri
dengan pusat di daha kediri?
11 Februari
pukul 22:49
Artana Smerti Yg
jelas diceritakan belisu tergesa gesa karena dikejar musuh,..tahu siapa
maksudnya musuh itu,..hingga perahu bocorpun jadi,..
11 Februari
pukul 22:58
Siwi Sang Rey taka@
ada fragmen begini:
Sang prabu [brawijaya] lalu bertanya pada patih mengapa putranya [raden patah],
para ulama, dan para bupati tega merusak majapahit, tidak ingat akan kebaikan.
Sang patih juga tidak habis mengerti sebab tidak masuk akal orang mendapat
kebaikan tapi membalas kejahatan. Seharusnya mereka membalas kebaikan pula. Ki
patih tak habis pikir. Mengapa orang islam pikirannya sangat jahat, mendapat
kebaikan tapi balasannya sangat buruk.
--
Apa sampeyan juga baca itu dalam darmagandhul?
11 Februari
pukul 22:59
Siwi Sang Artana
smerti@ terimakasih pak. Hanya kita perlu cek tahun kejadian itu majapahit
seperti apa. Dikejar musuh tentu itu merujuk pada gama slam. Itu mirip versi
serat kanda dan SD dimana rombongan raja brawijaya lari ke timur siap
menyeberang bali. jika ...Lihat
Selengkapnya
11 Februari
pukul 23:07
Rey Taka @siwi sang
.. iya saya baca itu .. knapa kang @siwi sang ?
11 Februari
pukul 23:10
Gede Yogi
Astrawan Maap kang. Mungkin belum lengkap sy baca dwijendra
tattwa. Biar tdk salah.
Ttng kediri. Kediri dah trjalin hub yg sangat erat skali dgb bali dah aperti
kluarga jauh sebelum majapahit. Era airlangga/mpu baradah/mpu kuturan dan
udayana.
Kediri tetap mnjdi ibu kota trsendiri.
Ida nirartha dr awal memang ingin k bali dgn mlalui jalur2 kkerabatan yg
brhubungan dgn bali.
Analisa sy pribadi. Sprtinya majapahit msh brdiri saat tu tp keadaan lg
merana/sekarat.
11 Februari
pukul 23:16
ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ https://books.google.co.id/books?id=LReVFTELXcwC&pg=PA483...
11 Februari
pukul 23:20
Siwi Sang Rey taka@
menurut penafsiran saya, itu buah pemikiran pengarang SD. melalui naskah itu,
pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa islam raden patah telah berbuat
kejahatan dan duraka pada ayahnya. islam perusak negara.
bagaimana menurut penafsiran sampeyan? termasuk kutukan raja brawijaya terkait
kuncir wali itu?
11 Februari
pukul 23:20
ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ sesudah
MOKTA RING KEDATON, siapa yang lari ?
11 Februari
pukul 23:24
Siwi Sang Gede yogi@
ya maksud saya info berdasar rontal dwijendra tattwa apa menyinggung lebih jauh
situasi majapahit daha. Tome pires menulis batara vigiaja bertahta di dayo atau
daha kediri. Ini maksudnya majapahit beribukota di daha kediri masih berdiri
dan belum sekarat nyatanya guste pate gemilang menyerang jepara juwana tedunan
di pesisir utara jateng.
11 Februari pukul
23:26
Siwi Sang Gede yogi@
ya maksud saya info berdasar rontal dwijendra tattwa apa menyinggung lebih jauh
situasi majapahit daha. Tome pires menulis batara vigiaja bertahta di dayo atau
daha kediri. Ini maksudnya majapahit beribukota di daha kediri masih berdiri
dan belum sekarat nyatanya guste pate gemilang menyerang jepara juwana tedunan
di pesisir utara jateng.
11 Februari
pukul 23:27
Siwi Sang Mas kotak@
tahun berapa yang lari maraton itu?
11 Februari
pukul 23:31
Rey Taka @siwi sang,,
saya jg melihat bahwah hal itu yang dismpaikan pngarang darmagandul ..jg itu
yng dismpaikan serat dwijendratatwa,,dr bali,,sedngkan setau saya kronik
smpokong cuman mngatakan demak lah yng mnhancurkan majapahit
11 Februari
pukul 23:31
ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ saya
juga sedang cari tahu maratonnya tahun berapa
11 Februari
pukul 23:35 · Telah disunting
Siwi Sang Haha. Pada
baen cari tahu wes.
11 Februari
pukul 23:38
Siwi Sang Rey taka@ menarik
infonya. SD senada dengan DT.
11 Februari
pukul 23:40
ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ https://books.google.co.id/books?id=gnh2AgAAQBAJ&pg=PA142...
11 Februari
pukul 23:43
Rey Taka @siwi sang
khan saya bandingkan dngan status diata kang tentang hal itu haha.. itu bkan
info dr saya loo.. anda sendiri pasti udah tau hal itu
11 Februari
pukul 23:43
Rey Taka saya bisa
pahami kalau ada pihak yang tdk suka atas darmagandul dan serat2 lainya yang
memojokan ,,karna saya jg meraa tidak suka ketika ada yang bilang darmagandul
itu media kristenisasi,,saya bingung dr mananya?? orang drmagandul cerita
tntang asal kerajaan nabi daud aja salah ..di situ ditulis dr mesir,,padahal
jelas di kristen dikatakan dari israel
12 Februari
pukul 0:04
ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ masalahnya
bukan itu, tapi Darmogandul itu ditulis jaman Kartosuro. tentusaja dengan mudah
dibantai dengan sumber prasasti atau naskah lain yang lebih tua
12 Februari
pukul 0:07
Siwi Sang Rey taka@
ya. Saya tidak mengatakan pengarangnya kresten. Saya kira pengarangnya punya
hubungan dengan belanda. Dan saya lihat pengarangnya sangat fasih memadarkan
filsafat agama islam srani siwa bodha, jawa, juga yahudi. Bukankah kisah nabi
daud itu ada dalam kitab yahudi? Dan bukankah hikayat buah kuldi dikenal dalam
kitab srani dan yahudi?
Lalu saya bertanya, mengapa darmagandul sangat paham ilmu perbandingan agama di
dunia ya? Betapa dibalik naskah ini ada tokoh yang sangat cerdas.
lalu saya berpikir naskah ini punya kaitan dengan tokoh tokoh yang dekat dengan
belanda.
Hanya di beberapa bagian terlihat rancu tidak dapat membedakan ajaran lokal dan
asing.
Tapi gongnya memukul agama rosul: islam.
Bagaimana menurut sampeyan?
12 Februari
pukul 0:29
Lintang Wetan Tidak
juga, penulis Darmogandhul belepotan menjelaskan tentang agama Islam maupun
Kristen.
12 Februari
pukul 0:39
Rey Taka ya memang
seprti itu gong yang disampaikan pngarang darmagandul ..saya jg ndak mngatakan
anda menuduh pngarng drmagandul itu kristen ,, tp saya pernah baca salah satu
artikel yang mngatakan demikian ..
12 Februari
pukul 0:40
Siwi Sang Lintang@ ya
betul. Belepotan. Tapi intinya pengarang darmogandul mengenal dan lincah
memapar filsafat semua agama.
12 Februari
pukul 0:46
Siwi Sang Rey taka@
ya makanya dijelasin duduk perkaranya siapa yang menafsir darmogandul
propaganda krestenisasi, biar tidak salah alamat sampeyan tidak suka
disini.
Hanya memang SD kerap singgung agama srani. tau juga dia.
12 Februari
pukul 0:49
Lintang Wetan Bisa
dipahami karena pada era itu memang era kebangkitan sastra Jawa Baru, sekaligus
sudah bermunculan agama Islam dan Kristen, sementara memori terhadap Sywa
Buddha masih cukup kuat. Wajar sekali seorang spiritualis yang hidup pada jaman
itu sudah mengenal gambaran agama-agama yang ada.
12 Februari
pukul 0:51
Rey Taka saya rasa
pngrang drmagandul sama pintarnya dngan "Dan brown" pngarng davinci
code ..pintar mnggabungkan fakta sebenarnya,opini dan isyu di masyarakat dan
pemikiranya sendiri ..sehingga bagi orng awam , tdk jelas mana yang asli mana
yng palsu ,,mana realita,mana opini pengarang ..
12 Februari
pukul 0:52
Siwi Sang Seakan akan
itu fakta historis kejadian jaman raja brawijaya.Pengarangnya Sampek tau
suasana hati raja brawijaya.
12 Februari
pukul 0:57
Siwi Sang Nah balik
ke peristiwa 1478M. SD menulis perang majapahit vs demak melibatkan raja
brawijaya dan raden patah. hanya SD telah keliru menentukan angka tahun
kejadian. terkait tahun kejadian, naskah ini jelas dah ndak valid. terkait
raden patah bagaimana? benarkah raden patah menyerang bhre kertabhumi dan
benarkah raden patah putranya? di lapak lain kemarin sebenarnya saya dah
paparkan. lah di setatus sampeyan ya mas lintang? haha.. manggah..
12 Februari
pukul 1:05
Widodo Rama diminum
dulu kopinya nanti keburu dingin.. ambil satu batang sssshhh... mantaap
12 Februari
pukul 1:14
Julian Permata yang
sy baca di sekolah malah Pangeran Majapahit lawan Raden patah bukan dengan
brawijaya V, bagaimana mungkin seorang ayah akan menghabisi anaknya begitu pula
sebaliknya...
12 Februari
pukul 1:16
Shalahuddin Gh bagi
saya, darmagandhul, sebagaimana gatholoco dan mungkin bbrp kitab lainnya
tergolong sastra pemberontakan. pemberontakan kepada hegemoni formalisme islam
di jawa pada saat itu. bahkan di wedhatama sendiri, yang dikarang mangkunegoro
iv, "pemberontakan" itu terjadi. saya masih berkeyakinan bahwa
pengarang darmagandhul adalah seorang muslim; muslim kejawen lebih tepatnya.
sebab, dalam kitab itu salah satunya berjejal metode othak-othak gathik yang
khas dilakukan oleh kaum kejawen. pengarang gatholoco banyak memaknai kembali
hal-hal yang terkait idiom-idom islam dengan filsafat ala kejawennya. misalnya,
CMIIW, darmagandhul memaknai rasul sebagai sesuatu yang ada di dalam diri manusia
sendiri. ruhnya sendiri.
12 Februari
pukul 2:22
Yang Cipto Dharmo
gandul lagi rahasia tanah sabdo puncak sapto argo sangyang bhetara guru .
Sangyang ismaya kekuatanya gaibnya kalau dialirkan ke utara pasti yg punya
kekuasaan bukan turunan jawa asli trs pasti kita kejajah . Karena ini sabda
membelah bumi separo...Lihat
Selengkapnya
12 Februari
pukul 5:51
ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ kenapa
ya sastra jawa jaman kartosuro setelah hubungan dengan orang eropa / belanda
judulnya terdengar aneh seperti gotoloco, cabolek, darmogandul ??? , apakah ini
imbas dari revolusi sastra di eropa perancis terutama yang mulai gaya yang
lebih bebas dalam bersastra, dsn lebih mewakili kaum proletar
12 Februari
pukul 7:38
Eko Bumikecildlamkenyataan bentuk
sastra memanglah bebas ... tak terikat ...ini perlambang kebebasan mutlak ...
12 Februari
pukul 7:49
Siwi Sang shalahudin@Sastra
perlawanan yang dikarang seorang kejawen. Boleh juga itu mas. Dan menurut saya
ini naskah tetap mengandung propaganda gongnya menyerang islam sebagai jahat.
Kejawen. Apakah Mereka dari kelompok boedi oetomo? Dalam catatan sejarah, dulu
boedi oetomo pernah memuat dalam koran tentang penginaan kepada rosul muhammad.
Tapi dibiarkan saja oleh pemerintah.
SD menghina islam dan lembaga walisongo jelas terlihat dalam beberapa fragmen.
dan itu kerennya secara tersirat.
contoh tentang banjir brantas dan air wudu. ini SD ingin menyampaikan bahwa
seorang wali saja tidak paham tatacara dan hukum wudu yang sangat sepele.
brantas banjir keruh tidak baik untuk wudu sehingga harus cari air kemana mana.
ini kan pelecehan. seorang wali pasti paham bahwa air sungai sekotor apa tetap
dapat digunakan untuk wudu. jaman majapahit banjir brantas ndak sekeruh jaman
belanda yang dah ada limbah pabrik gula.
12 Februari
pukul 8:34
Lintang Wetan Lebih
kepada konflik Abangan - Putihan, keduanya sama-sama Islam. Dua-duanya
sama-sama tasawuf. Ingat dulu belum ada aliran wahabisme lho. Wahabisme itu
paham modern produk perang Afganisthan. Sedangkan Walisongo adalah pakar sufi
dan bergaya hanafi atau moderat. Sosok Sunan Giri tidaklah pantas disejajarkan
sekelas Habib Risik.
12 Februari
pukul 10:43
Sandikasvidya
Sankara Siwi Sang, maaf baru bisa komentar. Iya, Demak waktu itu
mengislamisasi trowulan, dan saat yang bersamaan daha kediri masih relatif
aman. Namun, kedatangan Danghyang Nirartha ke deha ada yang lebih penting,
yakni berguru kepada pamanya, yakni Wiku SutaLokeswara. Beliau berguru atas
perintah dari Rsi Purnanjama. Ternyata, Rsi Purnanjama sering diajak berdialog
sama syeh siti jenar ketika Rsi Punarjama berada di Jabal Rahman mekah. Lalu,
kenapa muncul gama slam? Ini bisa dilacak dari perjalanan beliau ke bali atas
sebuah misi untuk melakukan perlindungan terhadap Hindu di bali. Sebab mjapahit
sudah hancur akibat pergolakan elite politik internal dan islamisasi sebentar
lagi seluruh jawa akn dikuasai, maka hindu yang ada di bali harus dilindungi
dengan pendekatan teologi Islam. Nirartha belajar dari keruntuhan majapahit,
maka setelah belajar banyak hal teologi siwa buda dan ilmu kalam dari syeh siti
jenar, maka beliau mengkonstruk teologi siva sidhanta di bali dengan konsep
keesaan tuhan tri purusa dengan penanda padmasana. Sebelum kedatangan beliau,
siwa sidhanta di bali lebih ke horisontalistik, dan itu akan membuat islam
lebih mudah memberangus hindu. Dlam kondisi demikian, nirartha sangat perlu mempormulasi
konsep keesaan tuhan guna menhdapi kritik ditengah islamisasi yang mungusung
tema teologi keesaan tuhan. Mensejajarkan teologi hindu dan islam, beliau ambil
dari dialog yg sering dilakukan dengan syeh siti jenar. Nirartha melihat hindu
yg teologinya horisontalistik memunculkan paham polytheisme, sehingga tripurasa
adalah konsep keesaan tuhan yang intinya tuhan itu esa, yakni sanghyang tri
purusa yang mengemanensi menjadi penguasa tiga dunia, bhur, bwah dan swah.
Singkatnya, nirartha menggunakan istilah gama slam merupakan bentuk
pensejajaran teologi guna melakukan proteks terhadap hindu di bali. Naskah
sejaman, dan berikutnya banyak menggunakan gama, seperti siwa gama karya ida
pedanda made sidemen, gama tirtha tatwa dll.
12 Februari
pukul 10:45
Lintang Wetan Abangan
vs putihan saya interpretasikan seperti pemahaman mas salahudin. Putihan
sebagai islam yang formal dan melembagakan diri dalam sistem kekuasaan
sedangkan abangan adalah islam pemberontak yang menolak menempatkan agama dalam
sistem kekuasaan. Jadi lebih kepada konflik politis drpada doktrin agama.
12 Februari
pukul 12:29
Lintang Wetan Pemberontak
dalam arti menolak memasukkan agama ke dalam sistem pemerintahan. Kata cak nur
dengan slogannya: islam yes partai islam no. Konsekuensi yang biasanya muncul
kaum putihan jadi lebih puritan sementara kaum abangan toleran pada budaya
lokal.
12 Februari
pukul 13:04
ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ Tapi
cak Nur itu golongan Santri, sepertinya definisi kang lintang kurang sesuai
dengan yang saya pahami
12 Februari
pukul 13:05
Siwi Sang Mas
Damar@>>>Siwi Sang :menurut saya penyerangnya tahun 1478M adalah empat
putra sang sinagara berdasar pararaton yaitu bhre koripan bhre mataram bhre
pamotan dan pamungsu bhre kertabhumi. masak bhre kertabhumi langsung jadi raja.
lalu tiga kakaknya...Lihat
Selengkapnya
12 Februari
pukul 13:21
Damar Shashangka
Kapindho Tak tanggapi nanti jika saya sudah tidak sibuk. Hari
ini kebetulan saya pindah rumah. Jadi maaf blm bisa fokus. Namun seperti tujuan
diskusi awal kita, yg mempertanyakan apakah Girindrawardhana menyerang Majapahit
pada 1478 M? Dari semua uraian sampeyan tetap saja hasilnya masih sebatas
DUGAAN atau PENAFSIRAN belaka. Tidak ada bukti kuat yg menyatakan
Girindrawardhana menyerang Majapahit pada 1478 M.
12 Februari
pukul 13:44
Rey Taka saya pernah
baca di buku walisongo,,tokoh yng terkrnal toleran adalah sunan kalijogo, yang
berseberngan dngan sunan giri.., krna sunan giri takut kalau nanti budaya lokal
bercmpur islam,,maka masyarakat nanti mngira budaya tsb beraal dr islam,,
tetapi sunan kalijogo meyakinkan nanti ssedikit2 mayarakat akan di beri
pemahaman,, setelah itu disaring ,mana budaya yang bisa sejalan dngan islam dan
mana yang harus ditinggalkan ..
12 Februari
pukul 13:50
Siwi Sang mas damar@
terkait siapa yang menggempur majapahit tahun 1478M secara kronologis saya
tampilkan dalam buku GIRINDRA. nanti saya tampilkan disini. Saya dapat
menjelaskan logika sejarahnya bahwa raden patah bukan tokoh yang menyerbu
majapahit pada tahun 1478M. yang menyerbu adalah empat putra sang sinagara
yaitu bhre korripan, bhre mataram, bhre pamotan, dan pamungsu bhre kertabhumi.
penafsiran ini memang masih belum banyak dikenal. sebab penafsiran ini baru
muncul dalam buku saya dan analisa atau penafsiran baru Serat Pararaton yang
dilakukan sejarawati jebolan IPI bandung nia kurnia sholihat irfan.
Nia Kurnia Sholihat, “Rekonstruksi Sejarah Majapahit”, Harian Umum Sinar
Harapan, 13 Februari 1985.
12 Februari
pukul 13:59
Siwi Sang Ini mas
Damar@ penafsiran Nia Kurnia yang saya jadikan rujukan. Dalam buku saya tentu
sudah saya kuatkan. Saya cek juga isi prasasti 1486M.
PERIODE AKHIR MAJAPAHIT (1453–1478)
Ketika Rajasawardhana Sang Sinagara mangkat tahun 1453, terjadilah pertikaian
tahta antara Bhre Kahuripan(VII) Samarawijaya dan Bhre Wengker(III) Girisawardhana.
Kemelut paman dan keponakan ini menyebabkan Majapahit tiga tahun tidak
mempunyai raja (telung tahun tan hana prabhu, kata Pararaton). Kevakuman tahta
ini berakhir tahun 1456 tatkala Girisawardhana menjadi raja dengan gelar Hyang
Purwawisesa. Kiranya Samarawijaya yang masih muda mengalah terhadap paman yang
sekaligus mertuanya, dan rela menjadi putra mahkota untuk kedua kalinya.
Peranan ibu suri Bhre Daha(V) Jayeswari tentu sangat besar dalam proses
rekonsiliasi tersebut.
Bhre Daha(V) Jayeswari wafat tahun 1464, dan gelar Bhre Daha(VI) disandang
Manggalawardhani. Ketika Bhre Jagaraga Wijayaduhita dan raja Girisawardhana
wafat pula tahun 1466, sengketa kekuasaan muncul kembali.
Adik bungsu Sang Sinagara, Bhre Tumapel(IV) Suraprabhawa, ternyata berambisi
juga menjadi raja. Dia menduduki tahta Majapahit. Sudah tentu para keponakannya
sakit hati. Baru saja dua tahun Suraprabhawa bertahta (prabhu rong tahun),
yaitu tahun 1468, keempat putra Sang Sinagara memperlihatkan sikap oposisi
dengan ‘pergi dari istana’ (tumuli sah saking kadaton putranira sang sinagara),
yaitu Bhre Kahuripan(VII) Samarawijaya, Bhre Mataram(V) Wijayakarana, Bhre
Pamotan(II) Wijayakusuma, dan si bungsu Bhre Kertabhumi Ranawijaya. Mereka
menyingkir ke Jinggan (antara Mojokerto dan Surabaya sekarang), menyusun
kekuatan untuk merebut hak mereka atas tahta. Sejak itu Samarawijaya disebut
Sang Munggwing Jinggan (Yang Berdiam di Jinggan).
Pada tahun 1478 Sang Munggwing Jinggan Samarawijaya dan adik-adiknya memimpin
pasukan dalam penyerbuan ke ibukota Majapahit, yang menyebabkan runtuhnya
kerajaan Hindu terbesar di Jawa itu. Pararaton menutup uraian sejarah Majapahit
dengan kalimat kapernah paman, bhre prabhu sang mokta ring kadaton i saka 1400
(“paman mereka, sang raja, mangkat di istana tahun 1478”).
Ungkapan mokta ring kadaton (‘mangkat di istana’) mengisyaratkan bahwa
Suraprabhawa mati terbunuh. Jika kematiannya wajar, tentu dipakai kalimat yang
berbau surga, misalnya mokta ring wisnubhawana, mokta ring somyalaya, dan
semacamnya. Raja Jayanagara yang terbunuh tahun 1328 diungkapkan Pararaton
dengan istilah mokta ring pagulingan (‘mangkat di tempat tidur’). Kiranya
Suraprabhawa bernasib serupa. Raja terakhir Majapahit ini gugur di istana
ketika bertempur melawan para keponakannya.
Kemenangan putra-putra Sang Sinagara ternyata harus ditebus dengan ikut
gugurnya Sang Munggwing Jinggan Samarawijaya. Prasasti Petak menyebutkan
kadigwijayanira sang munggwing jinggan duk ayun-ayunan yudha lawaning majapahit
(“kemenangan Sang Munggwing Jinggan yang naik-jatuh berperang melawan
Majapahit”). Ungkapan ayun-ayunan (‘naik-jatuh’) berarti meraih kemenangan
tetapi gugur dalam pertempuran (won the war but lost the battle).
12 Februari
pukul 14:02
Damar Shashangka
Kapindho Sepertinya saya pernah baca tafsiran serupa di kaskus
beberapa tahun lalu. Dan harus diakui, semua masih sebatas interpretasi.
12 Februari
pukul 14:04
Siwi Sang Tafsiran
sejarawati nia kurnia banyak diunggah dan ditampilkan di beberapa web dan blog.
sayangnya beberapa tidak menampilkan sumbernya. padahal itu karya ilmiah yang
patut kita apresiasi. makanya dalam banyak kesempatan diskusi majapahit saya
menyinggung teori nia kurnia ini. teori ini dapat diuji secara ilmiah, mas.
Silakan. Ini antitesa teori mulai krom sampek prof hasan Djafar.
12 Februari
pukul 14:07
Lintang Wetan Menurut
analisa saya serat darmogandul ditulis oleh orang yang memiliki wawasan
spritual cukup baik tetapi kurang dalam wawasan sejarah. Atas dasar itu artinya
serat ini memiliki misi bukan untuk meluruskan sejarah melainkan sebagai
gerakan reformasi spiritual (dan politik). Gerakan untuk lebih moderat pada
aspek-aspek kulitan dan lebih berfokus pada nilai. Inilah yang dinamakan
abangan, bisa saja pelakunya muncul dari santri, bangsawan ataupun rakyat
biasa.
Jika demikian teori sejarah tentang penyerangan demak ke majapahit tidak dapat
menggunakan serat ini sebagai rujukan. Cerita bernuansa sejarah dalam serat ini
sebaiknya dipahami sebatas legitimasi belaka dari pesan yang ingin disampaikan.
Terlepas dari sumber sejarah lain, dalam konteks serat darmogandhul, dapat
dikatakan bahwa demak-lah yang dikorbankan sebagai pihak antagonis.
12 Februari
pukul 14:07
BERSAMBUNG
Kira2 bgtu. Semoga mmbantu. Maap klo slh.
Memang sangat mnarik sekali tuk dbaca dpahami kisah kesah ida nirartha ...
Dari kalimat itu ada dua fakta:
trowulan sudah diduduki gama slam [koalisi demak].
Dalam saat bersamaan daha kadiri masih aman. Sehingga dahnyang nirarta menuju daha.
Apa begitu nggih? Maaf jika keliru penafsiran kerna saya belum sempat baca lebih lengkap dwijendra tattwa.
Saya sepakat itu basa kawi. Pararaton juga menampilkan kata `dening`. Contoh saat pararaton menulis tersingkirnya tohjaya.
Maring geger rinuruh dening kawulanira.
Hanya terkait frasa `gama slam`, saya mohon dijelaskan. Kenapa muncul `gama slam` bukannya demak? Dan apa istilah gama juga muncul dalam naskah lain sejaman?
Era dalem waturenggong di gelgel simapura klungkung bali berlangsung pada kurun tahun berapa? Kapan kira kira danghyang nirartha tiba di gelgel? Suwun.
Sang prabu [brawijaya] lalu bertanya pada patih mengapa putranya [raden patah], para ulama, dan para bupati tega merusak majapahit, tidak ingat akan kebaikan. Sang patih juga tidak habis mengerti sebab tidak masuk akal orang mendapat kebaikan tapi membalas kejahatan. Seharusnya mereka membalas kebaikan pula. Ki patih tak habis pikir. Mengapa orang islam pikirannya sangat jahat, mendapat kebaikan tapi balasannya sangat buruk.
--
Apa sampeyan juga baca itu dalam darmagandhul?
Ttng kediri. Kediri dah trjalin hub yg sangat erat skali dgb bali dah aperti kluarga jauh sebelum majapahit. Era airlangga/mpu baradah/mpu kuturan dan udayana.
Kediri tetap mnjdi ibu kota trsendiri.
Ida nirartha dr awal memang ingin k bali dgn mlalui jalur2 kkerabatan yg brhubungan dgn bali.
Analisa sy pribadi. Sprtinya majapahit msh brdiri saat tu tp keadaan lg merana/sekarat.
bagaimana menurut penafsiran sampeyan? termasuk kutukan raja brawijaya terkait kuncir wali itu?
Lalu saya bertanya, mengapa darmagandul sangat paham ilmu perbandingan agama di dunia ya? Betapa dibalik naskah ini ada tokoh yang sangat cerdas.
lalu saya berpikir naskah ini punya kaitan dengan tokoh tokoh yang dekat dengan belanda.
Hanya di beberapa bagian terlihat rancu tidak dapat membedakan ajaran lokal dan asing.
Tapi gongnya memukul agama rosul: islam.
Bagaimana menurut sampeyan?
Hanya memang SD kerap singgung agama srani. tau juga dia.
Kejawen. Apakah Mereka dari kelompok boedi oetomo? Dalam catatan sejarah, dulu boedi oetomo pernah memuat dalam koran tentang penginaan kepada rosul muhammad. Tapi dibiarkan saja oleh pemerintah.
SD menghina islam dan lembaga walisongo jelas terlihat dalam beberapa fragmen. dan itu kerennya secara tersirat.
contoh tentang banjir brantas dan air wudu. ini SD ingin menyampaikan bahwa seorang wali saja tidak paham tatacara dan hukum wudu yang sangat sepele. brantas banjir keruh tidak baik untuk wudu sehingga harus cari air kemana mana. ini kan pelecehan. seorang wali pasti paham bahwa air sungai sekotor apa tetap dapat digunakan untuk wudu. jaman majapahit banjir brantas ndak sekeruh jaman belanda yang dah ada limbah pabrik gula.
Nia Kurnia Sholihat, “Rekonstruksi Sejarah Majapahit”, Harian Umum Sinar Harapan, 13 Februari 1985.
PERIODE AKHIR MAJAPAHIT (1453–1478)
Ketika Rajasawardhana Sang Sinagara mangkat tahun 1453, terjadilah pertikaian tahta antara Bhre Kahuripan(VII) Samarawijaya dan Bhre Wengker(III) Girisawardhana. Kemelut paman dan keponakan ini menyebabkan Majapahit tiga tahun tidak mempunyai raja (telung tahun tan hana prabhu, kata Pararaton). Kevakuman tahta ini berakhir tahun 1456 tatkala Girisawardhana menjadi raja dengan gelar Hyang Purwawisesa. Kiranya Samarawijaya yang masih muda mengalah terhadap paman yang sekaligus mertuanya, dan rela menjadi putra mahkota untuk kedua kalinya. Peranan ibu suri Bhre Daha(V) Jayeswari tentu sangat besar dalam proses rekonsiliasi tersebut.
Bhre Daha(V) Jayeswari wafat tahun 1464, dan gelar Bhre Daha(VI) disandang Manggalawardhani. Ketika Bhre Jagaraga Wijayaduhita dan raja Girisawardhana wafat pula tahun 1466, sengketa kekuasaan muncul kembali.
Adik bungsu Sang Sinagara, Bhre Tumapel(IV) Suraprabhawa, ternyata berambisi juga menjadi raja. Dia menduduki tahta Majapahit. Sudah tentu para keponakannya sakit hati. Baru saja dua tahun Suraprabhawa bertahta (prabhu rong tahun), yaitu tahun 1468, keempat putra Sang Sinagara memperlihatkan sikap oposisi dengan ‘pergi dari istana’ (tumuli sah saking kadaton putranira sang sinagara), yaitu Bhre Kahuripan(VII) Samarawijaya, Bhre Mataram(V) Wijayakarana, Bhre Pamotan(II) Wijayakusuma, dan si bungsu Bhre Kertabhumi Ranawijaya. Mereka menyingkir ke Jinggan (antara Mojokerto dan Surabaya sekarang), menyusun kekuatan untuk merebut hak mereka atas tahta. Sejak itu Samarawijaya disebut Sang Munggwing Jinggan (Yang Berdiam di Jinggan).
Pada tahun 1478 Sang Munggwing Jinggan Samarawijaya dan adik-adiknya memimpin pasukan dalam penyerbuan ke ibukota Majapahit, yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Hindu terbesar di Jawa itu. Pararaton menutup uraian sejarah Majapahit dengan kalimat kapernah paman, bhre prabhu sang mokta ring kadaton i saka 1400 (“paman mereka, sang raja, mangkat di istana tahun 1478”).
Ungkapan mokta ring kadaton (‘mangkat di istana’) mengisyaratkan bahwa Suraprabhawa mati terbunuh. Jika kematiannya wajar, tentu dipakai kalimat yang berbau surga, misalnya mokta ring wisnubhawana, mokta ring somyalaya, dan semacamnya. Raja Jayanagara yang terbunuh tahun 1328 diungkapkan Pararaton dengan istilah mokta ring pagulingan (‘mangkat di tempat tidur’). Kiranya Suraprabhawa bernasib serupa. Raja terakhir Majapahit ini gugur di istana ketika bertempur melawan para keponakannya.
Kemenangan putra-putra Sang Sinagara ternyata harus ditebus dengan ikut gugurnya Sang Munggwing Jinggan Samarawijaya. Prasasti Petak menyebutkan kadigwijayanira sang munggwing jinggan duk ayun-ayunan yudha lawaning majapahit (“kemenangan Sang Munggwing Jinggan yang naik-jatuh berperang melawan Majapahit”). Ungkapan ayun-ayunan (‘naik-jatuh’) berarti meraih kemenangan tetapi gugur dalam pertempuran (won the war but lost the battle).
Jika demikian teori sejarah tentang penyerangan demak ke majapahit tidak dapat menggunakan serat ini sebagai rujukan. Cerita bernuansa sejarah dalam serat ini sebaiknya dipahami sebatas legitimasi belaka dari pesan yang ingin disampaikan. Terlepas dari sumber sejarah lain, dalam konteks serat darmogandhul, dapat dikatakan bahwa demak-lah yang dikorbankan sebagai pihak antagonis.