November 10, 2016

Diskusi sejarah keruntuhan Majapahit atau masa akhir Majapahit [bagian4]

Lanjutan diskusi yang sangat menarik soal sejarah keruntuhan Majapahit atau sejarah masa akhir Majapahit yang selama ini masih polemi... thumbnail 1 summary

Lanjutan diskusi yang sangat menarik soal sejarah keruntuhan Majapahit atau sejarah masa akhir Majapahit yang selama ini masih polemik terdapat beberapa perbedaan penafsiran. Ada yang berpendapat Majapahit runtuh tahun 1478M, ada pula pendapat baru yang menafsirkan Majapahit runtuh tahun 1527M atau Majapahit pada tahun 1478M belum runtuh alias masih kokoh berdiri sebagai kerajaan besar. 

 

Diskusi sebelumnya http://kisahsejarahklasik.blogspot.co.id/2016/11/diskusi-sejarah-keruntuhan-kerajaan.html

 

 

 

Shalahuddin Gh Lintang Wetan: bagaimana kalau kita memposisikan darmagandhul sebagai rujukan dari "tradisi tutur yang dibukukan dalam bentuk karya sastra"? angka tahun yang diberikan oleh darmagandhul jelas tidak akurat, tetapi penyerangan demak atas majapahit ini yang menarik, sebab itu dikonfirmasi oleh banyak kitab tertulis lain, termasuk dwijendra tattwa yang saya posting di atas, juga tradisi tutur yang berkembang dan bertahan di banyak benak orang jawa dan bali hingga sekarang. ini menurut saya tidak bisa diabaikan begitu saja.

12 Februari pukul 14:54 

 

Damar Shashangka Siwi Sang :

Dan jika bhre kertabhumi wafat tahun 1478M, lalu bagaimana menjelaskan nasib tiga kakak kandung bhre kertabhumi yaitu bhre koripan, bhre mataram dan bhre pamotan?

Tanggapan saya :

Nasib yang seperti apa? Apa ada pengaruh wafatnya Kertabhumi dengan ketiga kakaknya yang lain? Saya tidak menangkap maksud pertanyaan njenengan.

Siwi Sang :

kerancuan menafsir bhre kertabhumi wafat tahun 1478M, antaralain juga kerna masih memegang pendapat bahwa kertabhumi adalah nama tokoh bukan nama keraton. bhre kertabhumi adalah raja yang bertahta di keraton kertabhumi. nah mas damar tidak menganggap kertabhumi sebagai nama keraton vasal majapahit. maka menafsir bhre kertabhumi dan ranawijaya sebagai dua tokoh beda. ya itu memang pendapat mainstream.

Tanggapan saya :

Kertabhumi menurut saya memang nama tokoh, bukan nama daerah. Sepadan dengan nama Kertawijaya dan Kertarajasa. Dan Kertabhumi dengan Ranawijaya memang dua orang yang berbeda. Kertabhumi putra Sang Sinagara, adik Kertawijaya. Adapun Ranawijaya adalah putra Suraprabhawa/Padhansalas III. Beda dengan silsilah yang njenengan punya.

12 Februari pukul 15:03 

 

Rudik Prijanto O iya mas Damar Shashangka saya ingin tanya, apa Keling tempat Kertabumi berkuasa itu skrg desa Keling kecamatan Kepung, dekat dgn Pare tempat tinggal saya? Sebab dulu ada candi di desa Jati dekat desa Keling yg sekarang dikubur kembali

12 Februari pukul 15:15 

 

Damar Shashangka Saya perlu menegaskan, silsilah yang saya punya beda dengan yang Anda pegang. Semuanya itu sah, karena berasal dari hasil interpretasi yang berbeda. Jadi ketika Anda menguraikan panjang lebar tentang sesuatu hal, tentu Anda mempergunakan silsilah hasil interpretasi Anda. Saya merasa kesulitan menanggapinya karena jikalau saya menanggapi secara detail, maka saya harus bekerja double, pertama mengurai satu persatu alur silsilah sesuai dengan silsilah hasil interpretasi saya dan memperbandingkan dengan silsilah hasil interpretasi Anda. Nah, bijimane ini? Sedangkan Anda langsung menuangkan masalah seabrek sedemikian rupa seolah-olah kita memiliki basic silsilah dari hasil interpretasi yang sama.

12 Februari pukul 15:16 

 

Damar Shashangka Mas Rudik Prijanto : Bisa jadi, mas...

12 Februari pukul 15:23 

 

Siwi Sang Damar Shashangka >>>Siwi Sang :

Dan jika bhre kertabhumi wafat tahun 1478M, lalu bagaimana menjelaskan nasib tiga kakak kandung bhre kertabhumi yaitu bhre koripan, bhre mataram dan bhre pamotan?

Tanggapan saya :

Nasib yang seperti apa? Apa ada pengaruh wafatnya Kertabhumi dengan ketiga kakaknya yang lain? Saya tidak menangkap maksud pertanyaan njenengan.
________

iya mas damar. Maksudnya apakah begitu mudahnya seorang putra bungsu raja naik tahta dengan mengabaikan posisi atau kedudukan kakak kakaknya? Dalam tradisi pararaja, seorang raja majapahit pasti memilik seorang putra sulung sebagai putra mahkota atau ahli waris tahta. Jika putra mahkota pertama wafat, biasanya selalu menurun pada putra kedua, seperti kasus raja wikramawardhana yang setelah wafat rajasa kusuma lali menganggak putra keduanya yaitu bhre tumapel kedua sebagai putra mahkota majapahit.

Saya menanyakan nasib bhre koripan, bhre mataram, dan bhre pamotan, kerrna saya berangkat dari pemahaman bahwa tiga tokoh ini adalah kakak kandung bhre kertabhumi seayah dan seibu.

Sekali lagi karena saya berpendapat bahwa bhre kertabhumi adalah adik kandung bhre koripan, bhre mataram, dan bhre pamotan. ini pendapat saya berdasarkan serat pararaton bagian akhir bahwa bhre kertabhumi adalah pamungsu sang sinagara. Saya pendapat pamungsu disini ya sama dengan putra bungsu sang sinagara dan yang sangat mungkin dari permaisuri manggalawardhani dyah suragharini.

nanti jika sampeyan berpendapat bhre kertabhumi adalah putra sang sinagara dari istri utama, yang berbeda dengan tiga kakaknya itu, saya juga akan bertanya, siapa kira kira ibu kandung bhre kertabhumi itu?

berdasarkan prasasti 1447M, saya menafsirkan bahwa permaisuri rajasawardhana dyaha wijayakumara atau sang sinagara adalah ratu tanjungpura manggalawardhani yang pada tahun 1464M menjadi bhre daha dan wafat tahun 1474M.

12 Februari pukul 15:28 

 

Rudik Prijanto Iya mas, di sekitar Pare banyak sutus peninggalan masa lampau yg belum tergali sejarahnya secara maksimal.

12 Februari pukul 15:31 

 

Damar Shashangka Lha sosok Sang Sinagara saja menurut tafsiran saya dan Anda beda, lho? Disini rumitnya kalau kita ketemu. Sang Sinagara menurut Anda adalah Rajasawardhana Dyah Wijayakumara, sedangkan menurut saya Sang Sinagara adalah saudara Kertawijaya, putra selir Wikramawardhana. Lha njur piye?

12 Februari pukul 15:32 

 

Siwi Sang ini mas damar@ diagram silsilah lengkap pararaja Majapahit yang juga saya tampilkan dalam buku GIRINDRA. Semoga sampeyan berkenan kapan kapan mengeceknya. Saya juga sudah membaca diagram silsilah dalam buku sampeyan beberapa bulan silam. Setidaknya ini dapat sekadar menjadi perbandingan.

http://siwisangnusantara.blogspot.com/.../silsilah...

 

 

siwisangnusantara.blogspot.com: SILSILAH LENGKAP PARARAJA...

SIWISANGNUSANTARA.BLOGSPOT.COM

12 Februari pukul 15:33 

 

Damar Shashangka Sedikit banyak saya juga telah mengecheck lewat postingan mbak Nia yang sampeyan jadikan rujukan, mas. Saya kira, apa yang njenengan posting tidak beda jauh dengan apa yang mbak Nia paparkan. Karena apa yang sampeyan paparkan jibles bles seperti uraian dari mbak Nia. Dan uraian itu saya baca pada tahun 2010-2011 kalau tidak salah, sebelum sampeyan menulis buku Girindra. Nah, jika kita hendak berdiskusi, sebelum mendiskusikan sebuah peristiwa sejarah masa Majapahit, ada baiknya kita mendiskusikan silsilah dulu.

12 Februari pukul 15:39 

 

Siwi Sang mas Damar@ ini bagian akhir serat pararaton. terjemahannya ada yang berbeda dengan terjemahan yang selama ini kita kenal. Ini terutama terkait siapa tokoh yang meninggalkan keraton pada tahun 1468M. Ini kan yang selama ini banyak menjadi perselisihan b...Lihat Selengkapnya

12 Februari pukul 15:41 

 

Siwi Sang Ini untuk menguatkan penafsiran bahwa tahun 1478M, bhre kertabhumi belum wafat di kadaton. Bahwa tahun 1478M, bukan raden patah Demak yang menyerbu istana majapahit trawulan.

Putra Rajasawardhana Sang Sinagara yang disebut Pararaton sebagai Bhre Kahuripan adalah Samarawijaya. Setelah Rajasawardhana naik tahta, Samarawijaya pindah dari Matahun ke Kahuripan, sebagai putra mahkota. Tahun 1447M, dyah Samarawijaya masih tercatat dalam prasasti sebagai bhre Matahun.

Putra Rajasawardhana yang disebut Pararaton sebagai Bhre Mataram adalah Girindrawardhana Dyah Wijayakarana. Setelah ayahnya naik tahta, ia pindah dari Keling ke Mataram. Tahun 1447M, dyah Wijayakarana tercatat dalam prasasti sebagai bhre Keling.

Lalu siapa Bhre Pamotan dan Bhre Kertabhumi yang tampil diberitakan dalam serat Pararaton bagian akhir? Keduanya kelak muncul dalam prasasti Jiyu 1486M. Bhre Pamotan, putra ketiga Rajasawardhana itu adalah Dyah Wijayakusuma, sedangkan Bhre Kertabhumi, sang pamungsu Rajasawardhana, bernama Dyah Ranawijaya.

Pada 1447M, Bhre Pamotan Wijayakusuma dan Bhre Kertabhumi Ranawijaya belum lahir. Itulah sebab keduanya belum tertulis dalam prasasti yang dikeluarkan kakeknya, sri maharaja Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya. Prasasti 1447M memuat seluruh keluarga Girindra Majapahit.

Selama ini sejarah menafsirkan Kertabhumi sebagai nama asli seorang raja Majapahit. Sesungguhnya Kertabhumi merupakan nama keraton bawahan Majapahit, bukan nama asli seorang tokoh. Bhre Kertabhumi adalah Paduka Bhattara yang berkuasa di keraton Kertabhumi.

Sekali lagi semua kerabat keluarga raja tercatat lengkap dengan nama keratonnya. Bhre Kertabhumi tidak termuat dalam prasasti ini. Dapat ditafsirkan bahwa keraton Kertabhumi belum berdiri. Atau Bhre Kertabhumi belum lahir pada tahun 1447M.

Semoga ini dapat menjembatani perbedaan penafsiran siapa Bhre Kertabhumi yang dalam sejarahnya pernah menjadi maharaja Majapahit terakhir dari keturunan asli Raden Wijaya.

Traveller Portugis Tome Pires yang mengunjungi Jawatimur tahun 1513M mengabarkan dalam Suma Oriental atau Catatan Dunia Timur ada kerajaan di pedalaman beribukota di Dayo dan memiliki raja bernama Batara Vigiaja.

Ditafsirkan kerajaan itu adalah Majapahit yang sudah beribukota di Dayo atau Daha Kediri. Sementara Batara Vigiaja translit dari Batara Wijaya atau Brawijaya.

Istilah Brawijaya hanya dikenal dalam karya sastra Jawa seperti Babad Tanah Jawi. Penamaan Brawijaya tidak termuat dalam prasasti manapun keluaran Majapahit atau masa setelahnya. Kiranya Brawijaya dapat diterjemahkan sebagai maharaja Majapahit keturunan asli Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Dan kiranya pula maharaja Majapahit yang dapat bersebut Brawijaya lebih untuk raja laki.

Bhre Kertabhumi Girindrawardhana Dyah Ranawijaya dapat disebut sebagai Brawijaya Pamungkas.

12 Februari pukul 15:53 

 

Damar Shashangka Bahas akhir Paraton dulu, jangan langsung seabrek. Tuh sudah ada yang kompalin yang ngikutin, mas. Ckckckcck...

Bandingkan dengan terjemahan saya.

Bhre Pandhansalas anjênêng ing Tumapêl anuli Prabhu i sāka brāhmana naga kaya tunggal.

Bhre Pandhansalas yang berkuasa di Tumapêl lantas menjadi Prabhu (Raja) pada tahun saka brāhmana naga kaya tunggal (1388 Saka).

Prabhu rong tahun tumuli sah saking kadhaton.

Menjadi Prabhu selama dua tahun lantas pergi dari istana.

Putranira Sang Sināgara, Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram, pamungsu Bhre Krêtabhumi kaprênah paman.
Putra dari Sang Sināgara, Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram, dan yang termuda Bhre Krêtabhumi adalah pamannya.

Bhre Prabhu sang mokta ring kadhaton i saka sunya nora yoganing wong.
Raja wafat di istana pada tahun saka sunya nora yoganing wong (1400 Saka)

12 Februari pukul 16:42 

 

Damar Shashangka Jangan diwolak-walik terjemahannya. Bhre Pandhansalas yang sebelumnya berkuasa di Tumapel lantas menjadi Raja pada tahun Saka 1388. Baru dua tahun lantas pergi meninggalkan istana. Adapun putra Sang Sinagara, yaitu Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram, dan yang termuda Bhre Krêtabhumi adalah pamannya. Paman siapa? Paman dari Bhre Pandhansalas. Keterangan seorang Raja yang meninggal di istana pada tahun saka 1400 itu masih samar, siapa sebenarnya yang dimaksudkan. Jadi jangan langsung mengaitkan dengan Bhre Pandhansalas/Suraprabhawa.

12 Februari pukul 16:22 

 

Damar Shashangka Nah, coba sekarang dibatasi membahas teks akhir Pararaton saja. Bandingkan terjemahan dari saya dengan terjemahan njenengan. Terjemahan njenengan itu kayaknya sudah disisipi penafsiran. Simak terjemahan saya, leterlijk, apa adanya.

12 Februari pukul 16:27 

 

Damar Shashangka Ini saya sandingkan.

Teks akhir Pararaton terjemahan Siwi Sang :

Bagian terakhir serat Pararaton menulis:

“Bhre pandan salas anjeneng ing tumapel anuli prabhu I saka brahmana naga kaya tunggal, 1388. Prabhu rong tahun, tumuli sah saking kadaton, putranira sang sinagara, bhre koripan, bhre mataram, bhre pamotan, pamungsu bhre kertabhumi. Kapernah paman. Bhre prabhu sang mokta ring kadaton I saka sunya nora yuganing wong, 1400. Tumuli Guntur pawatu gunung I saka kayambara sagara iku, 1403.”

Terjemahan terbaru SIWI SANG:

“Bhre Pandansalas dinobatkan sebagai baginda di Tumapel, lalu menjadi maharaja Majapahit pada tahun saka 1388/1466M. Ketika Sang Prabhu baru bertahta selama dua tahun, anak-anak Sang Sinagara meninggalkan istana, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan pamungsu Bhre Kertabhumi. Baginda Prabhu ini termasuk paman mereka. Baginda Prabhu wafat di keraton pada tahun saka 1400/1478M. Lalu terjadi peristiwa gunung meletus di minggu Watugunung tahun saka 1403/1481M.”

---------------------------------------------------------------------------------------
Teks akhir Pararaton terjemahan Damar Shashangka :

Bhre Pandhansalas anjênêng ing Tumapêl anuli Prabhu i sāka brāhmana naga kaya tunggal.

"Bhre Pandhansalas yang berkuasa di Tumapêl lantas menjadi Prabhu (Raja) pada tahun saka brāhmana naga kaya tunggal (1388 Saka)."

Prabhu rong tahun tumuli sah saking kadhaton.

"Menjadi Prabhu selama dua tahun lantas pergi dari istana."

Putranira Sang Sināgara, Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram, pamungsu Bhre Krêtabhumi kaprênah paman.

"Putra dari Sang Sināgara, Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram, dan yang termuda Bhre Krêtabhumi adalah pamannya."

Bhre Prabhu sang mokta ring kadhaton i saka sunya nora yoganing wong.

"Raja wafat di istana pada tahun saka sunya nora yoganing wong (1400 Saka)"

12 Februari pukul 16:40 

Marga Dharma Mas Damar Shashangka@ wong bodho koyok kulo malah ngelu nyimak uraianipun kang Siwi Sang....mergo kedawan lan mbulet...
Ngapunten,,kulo kundur rumiyen.

12 Februari pukul 16:33 

 

ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ [32] bhrê pandan salas añjênêŋ iŋ tumapêl] anuli prabhu i çaka brahmana '" naga '" kaya '" tuŋgal] 1388] prabhu roŋ tahun- tumuli sah sakiŋ kadaton- (Pandansalas Pergi dari kedaton)

putranira saŋ sinagara] bhrê koripan] bhrê mataram] bhrê pamotan]

pamuŋsu bhrê kêtabhumi] kapênah paman] bhrê prabhu saŋ mokta riŋ kadaton ( si Bungsu Kertabhumi masih paman Baginda mokta ring kedaton)

i çaka çuña '" nora '" yuganiŋ '" voŋ] 1400- tumuli guntu pavatu '" gunuŋ i çaka kayambara '" sagarêku] 1403-
tahun Syaka sunyi tidak ada orang 1400 lalu gunung meletus

12 Februari pukul 16:34 

 

Siwi Sang Mas Damar>>>>Sedikit banyak saya juga telah mengecheck lewat postingan mbak Nia yang sampeyan jadikan rujukan, mas. Saya kira, apa yang njenengan posting tidak beda jauh dengan apa yang mbak Nia paparkan. Karena apa yang sampeyan paparkan jibles bles seperti uraian dari mbak Nia. Dan uraian itu saya baca pada tahun 2010-2011 kalau tidak salah, sebelum sampeyan menulis buku Girindra. Nah, jika kita hendak berdiskusi, sebelum mendiskusikan sebuah peristiwa sejarah masa Majapahit, ada baiknya kita mendiskusikan silsilah dulu.

________
Tanggapan saya. benar banyak saya merujuk teori Nia kurnia. tetapi ada beberapa yang saya koreksi dan saya lengkapiu. misal Nia Kurnia tidak menafsir bahwa Aji Ratnapangkaja menjadi maharaja majapahit tahun 1429M-1437M.

Kedua Nia Kurnia juga belum mengidentifikasi siapa nama abhiseka Bhre Wirabhumi II Putra kandung hayam Wuruk.

lalu terkait siapa ayah raden patah, Nia kurnia belum menafsir. Saya menafsir raden patah putra kandung Raja Kertawijaya dari istri selir.

terkait Arya Damar, Nia Kurnia juga belum menyinggung.

Lalu terkait motif dan argumentasi sejarahnya tentang keraton Kertabhumi, saya juga berbeda dengan pendsapat Nia Kurnia.

Dan masih ada beberapa lagi, penafsiran saya yang tidak ditemukan dalam tafsiran Nia Kurnia. tetapi terkait peristiwa 1478M, saya merujuk pada pendapat beliau.

Identifikasi terkait silsilah pararaja Majapahit, antara saya dengan Nia Kurnia memang hampir sama persis, karena kebetulan saja menggunakan terutama dua sumber utama yang sama yaitu negarakertagama dan serat pararaton.

Setelah saya kroscek, ternyata dua naskah ini terkait silsilah pararaja sangat cocok, hanya terjadi perbedaan terkait Nagarawardhani.

Itu kurang lebihnya mas.,

terkait perbedaan tafsir Sang Sinagara, dulu kita sempat mendiskusikannya dan sampeyan memang berpendapat bahwa Sang Sinagara bukan Rajasawardhana dyah Wijayakumara putra sulung Kertawijaya dari permaisuri ratu Daha Jayeswari yang menjadi raja majapahit tahun 1451M-1453M.

Pendapat saya, sama seperti Nia Kurnia, bahwa Sang Sinagara adalah Rajasawardhana dyah Wijayakumara. Punya dua adik kandung yaitu Girisawardhana hyang purwawisesa [raja majapahit 1456M-1466M] dan Dyah Suraprabhawa [raja majapahit 1466M-1478M]

Manggah. semoga akan dapat kita temukan data data baru.

12 Februari pukul 16:40 

 

Siwi Sang Mas Damar>>>Lha sosok Sang Sinagara saja menurut tafsiran saya dan Anda beda, lho? Disini rumitnya kalau kita ketemu. Sang Sinagara menurut Anda adalah Rajasawardhana Dyah Wijayakumara, sedangkan menurut saya Sang Sinagara adalah saudara Kertawijaya, putra selir Wikramawardhana. Lha njur piye?

________
Tanggapan saya:
maaf ini ada catatan saya.

Sri maharaja Wijaya Parakrama Wardhana adalah maharaja Majapahit yang bertahta tahun 1447M-1451M. Merupakan putra bungsu pasangan raja Majapahit Aji Wikramawardhana dan permaisuri Kusumawardhani.

Memiliki tiga saudara kandung, Sang Hyang Wekasing Sukha Dyah Rajasakusuma, Bhre Tumapel II, dan Maharani Suhita.

Sebelum memanjat tahta menggantikan Maharani Suhita pada tahun 1447M, Sri Maharaja menempati keraton Tumapel sebagai Bhre Tumapel III menggantikan kakaknya.

Sri maharaja Wijaya Parakrama Wardhana memiliki permaisuri bernama ratu Daha Jayawardhani dyah Jayeswari.

Memiliki tiga putra yaitu Rajasawardhana dyah Wijayakumara atau Sang Sinagara, Girisawardhana dyah Suryawikrama, dan Singawikramawardhana dyah Sura Prabawa..

Di tahun pertama bertahta, Sri Maharaja Wijaya Parakrama Wardhana mengeluarkan prasasti yang dikenal sebagai prasasti Waringin Pitu. Prasasti ini dikenal pula sebagai prasasti Surondakan karena ditemukan di desa Surondakan Trenggalek. Namun sesungguhnya prasasti ini dikeluarkan untuk daerah Waringin Pitu yang sekarang menjadi desa Ringin Pitu, Tulungagung.

Prasasti Waringin Pitu dikeluarkan sri maharaja Wijaya Parakrama wardhana dyah Kertawijaya pada tahun saka 1369 bulan marggasira tanggal 15 Suklapaksa hari Rabu Umanis, wuku Kurantil. Dalam penanggalan masehi bertepatan dengan hari Rabu Manis, 15 Pebruari 1447M.

Isi pokok prasasti adalah penetapan atau pengukuhan daerah Waringin Pitu sebagai dharma perdikan kerajaan bernama Rajasakusumapura karena di daerah ini terdapat tempat pendarmaan sri paduka Parameswara Kertawardhana, ayah sri maharaja Hayam Wuruk yang wafat pada tahun 1386M.

12 Februari pukul 16:47 

 

Siwi Sang Prasasti Waringin Pitu menyebutkan 14 keraton bawahan Majapahit dan seluruh anggota wangsa Girindra menempati istana masing masing sebagai penguasa keraton bawahan Majapahit:

1. Paduka Bhattara ring Daha Sri Bhattara Jayawardhani Dyah Jayeswari.
2. Paduka Bhattara ring Jagaraga Sri Bhattara Wijaya Indudewi Dyah Wijaya Duhita.
3. Paduka Bhattara ring Kahuripan Rajasa Wardhana Dyah Wijaya Kumara.
4. Paduka Bhattara ring Tanjungpura Manggala Wardhani Dyah Suragarini.
5. Paduka Bhattara ring Pajang Dyah Sureswari.
6. Paduka Bhattara ring Kembang Jenar Rajananda Iswari Dyah Sudarmini.
7. Paduka Bhattara ring Wengker Girisa Wardhana Dyah Surya Wikrama.
8. Paduka Bhattara ring Kabalan Mahamahisi Dyah Sawitri.
9. Paduka Bhattara ring Tumapel Singa Wikrama Wardhana Dyah Sura Prabawa.
10. Paduka Bhattara ring Singapura Rajasa Wardhana Dewi Dyah Seripura.
11. Paduka Bhattara ring Matahun Wijaya Parakrama Dyah Samara wijaya.
12. Paduka Bhattara ring Wirabhumi Rajasa Wardhana Indudewi Dyah Pureswari.
13. Paduka Bhattara ring Keling Girindra Wardhana Dyah Wijaya Karana.
14. Paduka Bhattara ring Kalinggapura Kamala Warnnadewi Dyah Sudayita.

tokoh nomer 3, dalam prasasti 1447M adalah Sang Sinagara raja majapahit yang berdasarkan pararaton wafat tahun 1453M.

Tokoh nomer 3, 7, 9, adalah tiga putra kandung Kertawijaya.

Sementara tokoh nomer 11 dan 13 adalah dua putra Sang Sinagara Rajasawardhana. Ini bhre matahun kelak tahun 1451M menjadi bhre koripan dan bhre keling menjadi bhre mataram.

Dua putra Sang Sinagara belum muncul dalam prasasti ini.,

12 Februari pukul 16:50 

 

Lintang Wetan Mas Shalahuddin: Kita bisa berasumsi bahwa serat darmagandhul adalah sumber tutur yang dibukukan, atau bisa sebaliknya sebuah buku yang menjadi buah bibir (karena kontroversial). Ini perlu kecermatan. Sejauh ini saya belum menangkap ada cerita tutur yang kuat tentang penyerangan demak ke majapahit (CMIIW).

Dalam penelusuran sumber tertulis kita bisa menggunakan pendekatan teori Q dimana banyak catatan yang ada sebenarnya merupakan saduran dari satu sumber saja, yaitu sumber yang usianya paling tua. Nah sekarang silahkan dibabar mana sumber tertulis paling tua yang mencatat tentang penyerangan demak ke majapahit.

Adakah data tentang angka tahun naskah Dwijendra Tattwa?

12 Februari pukul 16:53 

 

BERSAMBUNG