November 16, 2016

Prokontra sejarah masa akhir Majapahit [8]





Damar Shashangka Masih lanjut, to? Siwi Sang : Terkait suraprabhawa yang sampeyan tafsir adik kandung rajasawardana sementara rajasawardana sampeyan tafsir sepupu kertawijaya, kiranya perlu dicek lagi mas. Dalam prasasti trawulan III terang suraprabhawa adalah putra pamungsu kertawijaya dan punya permaisuri ratu seripura atau bhre singapura.


Prokontra diskusi sejarah masa akhir kerajaan Majapahit di grup sejarah FB MAJAPAHIT masih berlanjut dan semakin njlimet penafsirannya . Diskusi sebelumnya http://kisahsejarahklasik.blogspot.co.id/2016/11/prokontra-tafsir-serat-pararaton-bagian.html

 

Siwi Sang Ok mas shalahudin@ ini akan saya tunjukan betapa kamu juga tidak tuntas memaparkan logika tingkat dasarnya. Jangan dulu ketuk palu terjemahanku sebagai sangat rapuh jika belum kamu paparkan tiga pertanyaan saya. Itu namanya kamu hanya menguji tapi tidak mau diuji. Lah kepriwe angger kayakuwe?


13 Februari pukul 1:01 · Suka


 


Siwi Sang Sampeyan jangan sepenggal sepenggal atau sepotong sepotong dalam menerjemahkan bagian akhir pararaton mas shalahudin. Dumeh editor kerap potang potong le menerjemahkan sepotong potong. Jadinya ada yang hilang makna.

Ini tulisan sampeyan:

Bhre pandansalas yang sebelumnya menjadi penguasa di tumapel lantas menjadi raja [prabhu] di wilwatikta [majapahit] tetapi itu hanya berlangsung selama dua tahun. SEGERA SETELAH ITU dia pergi dari istana.

lah terusannya mana? saya jelas belum paham jika sampeyan tanya apakah sudah paham?


13 Februari pukul 1:12 · Suka


 


Siwi Sang Terangkan pula kemana tujuannya dan siapa penggantinya. Ini untuk menjawab apakah raden patah yang pada tahun 1478M menyerbu istana majapahit sebagaimana berita serat darmagandul dan rontal dwijendra tattwa yang menjadi pokok TS ini. ngunu alur logika tingkat dasarnya mas shalahudin. manggah dilanjut.


13 Februari pukul 1:17 · Suka


 


Siwi Sang Maksudnya itu dilanjut disambung le sampeyan menerjemahkan mas.

Aku ya ngerti maknane tumuli.

Coba ini apa maknane:

Tumuli guntur. Tumuli palindu. Tumuli pabanu pindah.

Dalam kontek itu makna tumuli bagaimana? Sampeyan saya yakin lebih paham. Semoga keyakinanku gak keliru. Hihi..

Gentian aku tak nggelar karpet mas. Kambi udud.


13 Februari pukul 2:05 · Suka


 


Shalahuddin Gh waduh, kan sudah aku jelaskan di atas? gak nyimak, ya? 


13 Februari pukul 2:07 · Suka


 


Siwi Sang Ya kalok pendapat sampeyan terjemahanku tak layak dibaca publik ya itu pendapat sampeyan. Saya hargai. Itu kan bentuk apresiasi. Tapi saya tunggu sampeyan atau mas damar paparkan tiga poin pertannyaan saya. Lah di atas sana dah ada kawan yang pendapat mirip seperti saya, terus kamu kata remuk juga mas?


13 Februari pukul 2:09 · Suka


 


Siwi Sang Aku bilan tumuli guntur artinya apa. Bukan tumuli sah saking kadaton. Sampeyan wes ngantuk ya mas?


13 Februari pukul 2:11 · Suka


https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-xap1/v/t1.0-1/p32x32/10923303_785835924803189_3740945562299589580_n.jpg?oh=d80ef0854e53ae897ce94a46e5cdbb65&oe=558AF156&__gda__=1434234976_a8c3f9f813d8884491cebdced80947ff


Siwi Sang Wong aku tanya kemana perginya bhre prabhu saja sampeyan susah jawab. La kepriwe?


13 Februari pukul 2:13 · Suka


 


Siwi Sang Wong aku tanya kemana perginya bhre prabhu saja sampeyan susah jawab. La kepriwe?


13 Februari pukul 2:14 · Suka


 


Siwi Sang Itu diatas ada komen pak sankara yan pendapat beda dengan mas damar. Piye menurut sampeyan? Sapa sing remuk? Hiihi.. Rahayu. Jas kiding.


13 Februari pukul 2:16 · Suka


 


Shalahuddin Gh Siwi Sang: tak nglanjut kerjaanku, sek, mas. deadline. aku juga berharap menyimak diskusi tentang ke mana sang raja pergi setelah sah saking kedaton. juga spekulasi tentang siapakah "sang munggwing jinggan" seperti yang sempat sampean sebutkan di atas.


13 Februari pukul 2:38 · Batal Suka · 1


 


Ida Bagus Wih masih lanjut ya?


13 Februari pukul 5:19 · Suka


 


Ida Bagus Bapak Shalahuddin Gh bisakah dicopas teks yg diterjemahkan itu? Soalnya saya baru melihat diskusi ini. Kalau teksnya sepenggal ini "Prabhu rong tahun tumuli sah saking kadhaton". Secara leksikal terjemahan ini menjadi Raja dua tahun kemudian pergi dari kerajaan. Jika secara gramatikal, bertahta menjadi Raja selama dua tahun, kemudian setelah itu beliau pergi meninggalkan kerajaan. Sekarang yg dipermasalahkan ini siapa dan apa? Kalau yg dipermasalahkan ialah yg pergi, berarti yg pergi ialah yg menjadi Raja selama 2 tahun tsb. Maaf kalau saya telat.


13 Februari pukul 5:26 · Batal Suka · 1


 


Siwi Sang Pak anom@ maaf terjemahannya sebaiknya secara utuh jangan hanya prabhu rong tahun tumuli sah saking kadaton. Kalok ini memang maknanya seperti yang sampeyan sampaikan. Suwun dah ikut berbagi. Manggah.


13 Februari pukul 6:40 · Suka


 


Rudik Prijanto Tumuli = banjur. Wkkkkkk. Muga-muga ra luput


13 Februari ukul 6:42 · Batal Suka · 1


 


Siwi Sang Rudik@ betul. Tumuli juga sama dengan banjut, banjutan, banjuran.


13 Februari pukul 7:00 · Suka


 


Damar Shashangka Masih lanjut, to?

Siwi Sang :

Terkait suraprabhawa yang sampeyan tafsir adik kandung rajasawardana sementara rajasawardana sampeyan tafsir sepupu kertawijaya, kiranya perlu dicek lagi mas.

Dalam prasasti trawulan III terang suraprabhawa adalah putra pamungsu kertawijaya dan punya permaisuri ratu seripura atau bhre singapura.


suraprabhawa memang benar adik kandung rajasawardana. sehingga kerna suraprabhawa putra kertawijaya maka rajasawardana memang dah klop sebagai putra sulung kertawijaya dan jadi raja tahun 1451M-1453M. inilah sang sinagara yang dalam pararaton ditulis didarmakan di sepang dan wafat tahun 1453M lalu telung tahun tan hana prabhu.

Tanggapan saya :

Prasasti Trowukan III tidak jelas siapa Raja yang mengeluarkannya. Apakah Kertawijaya atau bisa jadi Girisyawardhana. Jika Kertawijaya yang mengeluarkan, maka Suraprabhawa bisa diindikasikan sebagai putra Kertawijaya dan adik Rajasawardhana. Namun jika yang mengeluarkan adalah Girisyawardhana, maka Suraprabhawa adalah putra Girisyawardhana sebagaimana interpretasi saya.


13 Februari pukul 7:25 · Suka


 


Damar Shashangka Siwi Sang :
kita akan coba cek bhre pandansalas suraprabhawa. Ok. Katakanlah suraprabhawa meninggalkan keraton atau turun tahta majapahit tahun 1468M atau setelah dua tahun jadi maharaja majapahit trawulan.

pertanyaannya:
1.kemana selanjutnya suraprabhawa, apakah masih jadi maharaja di tempat lain atau wafat tahun berapa?

2. kenapa suraprabhawa meninggalkan keraton?
3. siapa yang jadi maharaja pengganti suraprabhawa tahun 1468M.

sebagai catatan suraprabhawa juga mengeluarkan prasasti pamintihan 1473M/1474M untuk memberi anugerah pada satu pengikut setianya yaitu sang arya surung. prasasti ini ditemukan di bojonegoro.

Tanggapan :

1. Seperti yang Anda sebutkan pada bagian akhir, Suraprabhawa masih hidup hingga tahun 1473 karena dia masih mengeluarkan Prasasti Pamintihan. Kewenangan mengeluarkan prasasti hanya bisa dilakukan oleh seorang Raja. Dengan demikian, Suraprabhawa masih hidup dan masih menjadi Raja Majapahit hingga tahun 1473.

2. Bisa jadi dia merasa kedudukannya terancam. Pararaton maupun berbagai prasasti lain tidak pernah menyebutkan penyerangan empat putra Sinagara sebagaimana interpretasi sampeyan. Schrieke menafsirkan dia meninggalkan istana karena serangan Girindrawardhana Dyah Wijayakarana. Dan lagi, Girindrawardhana Dyah Wijayakarana menurut saya bukan Bhre Mataram putra Sang Sinagara.

3. Yang menggantikan adalah Girindrawardhana Dyah Wijayakarana. Namun kemudian berhasil direbut oleh putra Suraprabhawa, Girindrawardhana Dyah Wijayakusuma. Dan jika kita merujuk pada prasasti Pamintihan, maka boleh jadi tahta itu lantas dikembalikan kepada Suraprabhawa.


13 Februari pukul 7:27 · Suka


 


Damar Shashangka Mengenai terjemahan Parararon saya masih memegang terjemahan saya :

-------------------------------------------------------------------------------------...Lihat Selengkapnya


13 Februari pukul 7:36 · Suka · 1


 


Damar Shashangka Kalau dikatakan narasi terjemahan saya tidak sinkron/kongruen, ya memang begitulah sifat naskah kuno. Habis menceritakan peristiwa ini, belum selesai meloncat ke peristiwa itu. Ingat, Pararaton dibuat dalam bentuk prosa dan sepertinya dibuat oleh bukan seorang Pujangga Keraton. Jadi jika narasinya membingungkan, itu wajar.

Yang pernah baca Pararaton pasti paham maksud saya. Didalam Pararaton seringkali menyebut peristiwa wafatnya seorang tokoh dengan sangat ambigu. Karena hanya menyebutkan Bhre ini wafat, Bhre itu wafat. Padahal gelar yang disebutkan disana bisa dijabat oleh banyak tokoh. Tuturan yang meloncat dan membingungkan seperti ini memang yang disuguhkan Pararaton. Jadi jangan menanyakan singkron atau kongruen. Kalau semua singkron/Kongruwn, ya jelas kita tidak harus berdebat disini, karena tidak ada lagi yang harus didebatkan.


13 Februari pukul 7:41 · Suka · 1


 


Rudik Prijanto Kalo boleh tahu, di pelajaran sejarah di sekolah disebutkan Girindrawardana diruntuhkan oleh Udhara. Nah siapakah prabu Udhara itu. Maaf, ini pertanyaan anak saya yg saya sendiri blm bisa menjawab


13 Februari pukul 7:43 · Suka


 


Ida Bagus Siwi Sang: Makanya saya minta teks yang lengkap.


13 Februari pukul 7:49 · Suka


 


Ida Bagus "Habis menceritakan peristiwa ini, belum selesai meloncat ke peristiwa itu." Seperti yang dikatakan oleh Bapak Damar Shashangka itu benar. Karena teks2 kuno itu memang demikian. Biasanya yang seperti itu akan ditandai dengan kata Enengakna punang kata serta Waliakna punang kata serta Caritanen pwa sakareng. Karena penulisan naskah kuno itu tidak sesuai timeline atau kronologis.


13 Februari pukul 7:52 · Suka


 


Aryo Nugroho urun rembug soal redaksional
kata 'tumuli' tidak selalu menjadi kata penghubung dari kalimat sebelumnya, Dalam pararaton malah banyak kalimat berdiri sendiri bahkan banyak Bab/paragraf yang diawali dengan kata 'tumuli'.
Pola kalimat menerangkan-diterangkan(MD), juga banyak ditemui di kitab pararaton misalnya :

Teka saking Sadeng sira Kembar ambekel ing mantry araraman,
arti : kembali dari sadeng si kembar menjadi bekel di araraman.

Kalimat tsb polanya mirip dengan:
'Tumuli sah saking kadaton Putranira sang Sinagara,..'
arti: 'Lalu pergilah dari keraton para putera sinagara..'

Jadi MUNGKIN memang bisa ditafsirkan bahwa para putera sinagara yg pergi dari keraton.
Tapi masih perlu dibuktikan, Apa benar para bhre itu tinggalnya di kedaton pusat? Di era mataram islam, putra mahkota dan beberapa adipati yg punya hubungan kerabat memang ada yg tinggal di keraton pusat, tapi di era majapahit apa juga begitu?

http://catatanrupa.blogspot.com/.../naskah-asli-pararaton...



Catatan Rupa-Rupa: Naskah Asli Pararaton


CATATANRUPA.BLOGSPOT.COM|OLEH ANTAPURWA


13 Februari pukul 8:06 · Suka


 


Ida Bagus Iti Pararaton. Telas sinurat ing Iccasada ring Çela penek, i çaka wisaya-guna-bayuning-wong, 1535. Ngkana kowusanira sinerat dina, Pa., Sa., Warigadyan, masa krysnapasa dwitiyaning karwa. Sampun tan kapaharjaha de sang çuddhamaca. Tunalewihing sastra durbhiksa tan open kwehaning naça, mapan olihing arddha punggung mahw asisinahu. Om dirgghayur astu, tathastu, astu, om çubham astu kintu sang anurat.

Terimakasih untuk blognya.


13 Februari pukul 8:14 · Suka


 


Ida Bagus Saya mau bertanya apakah Çela penek itu Blambangan?


13 Februari pukul 8:17 · Suka


 


ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ aduh pelajaran sekolah sekarang apa penulisnya kredibel ?, cuma mengejar target dan copas wiki


13 Februari pukul 8:18 · Suka · 1


 


ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ mananggapi mas Rudik Prijanto tapi yudah ketimpa timpa


13 Februari pukul 8:24 · Suka


 


Damar Shashangka Itu naskah Pararaton yang masuk kategori NASKAH B 19 L 550. Saya pegang NASKAH C 19 L 600, yang selesai ditulis pada tahun Saka 1522 (1600 M).


13 Februari pukul 8:25 · Suka · 1


 


Rudik Prijanto Yaitulah. Di sekolah ada nama prabu Udhara. Tp tak jelas siapa prabu Udhara itu


13 Februari pukul 8:26 · Suka


 


Ida Bagus "Bhre Pandan salas añjeneng ing Tumapel, anuli prabhu i çaka brahmana-naga-kaya-tunggal, 1388, prabhu rong tahun. Tumuli sah saking kadaton. Putranira sang Sinagara, bhre Koripan, bhre Mataram, bhre Pamotan, pamungsu bhre Kertabhumi, kapernah paman, bhre prabhu sang mokta ring kadaton i çaka çunya-nora-yuganing-wong, 1400. Tumuli guntur pawatu-gunung i çaka kayambara-sagareku, 1403."

Bhre Pandansalas bertempat tinggal di Tumapel, kemudian menjadi raja pada tahu saka brahmana naga kaya tunggal,1388, menjadi raja selama dua tahun. Kemudian pergi dari kerajaan. Putra beliau Sang Sinagara, bhre Kahuripan, Bhre Mataram, bhre Pamotan, serta yang wbungsu ialah bhre Kertabumi, ialah dipakai sebagai paman, raja yang moksah/wafat di kerajaan pada tahu saka sunya nora yuganing wong, 1400. Kemudian adalah banjir lahar pada wara watu gunung ketika tahun saka kayambara sagareku, 1403.

Jadi jika ditelisik dari teks tersebut. Sudah jelas yang dikatan pergi itu ialah yang menjadi raja selama dua tahun. Karena tanda titik setelah itu.


13 Februari pukul 8:27 · Suka


 


Ida Bagus Itu saya terjemahkan berdasarkan kamus Jawa Kuno-Indonesia oleh P.J. Zoetmulder dan S.O. Robson. Maaf apabila ada yang salah


13 Februari pukul 8:30 · Suka


 


ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ tapi tidak tepat kalau Sinagara anaknya Pandan salas , karena Sinagara wafat 1375 ---> [32] bhrê pamotan añjênêng ing kêling kahuripan abhisêkanira çri Rajasawaďana mokta sang sinagara dhinama ring sêpang i çaka wisaya ' kudanahut ' wong] 1375- Jadi 4 orang itu adalah anak Sang Sinagara yang wafat 1375


13 Februari pukul 8:32 · Batal Suka · 1


 


Ida Bagus Bapak Damar Shashangka: bolehkah saya meminta teks pararaton yang Bapak punya? Saya jujur sangat haus akan teks-teks kuno. Maaf kalau bapak tidak berkenan. 


13 Februari pukul 8:32 · Suka


 


Damar Shashangka Photo copy?


13 Februari pukul 8:33 · Suka


 


Ida Bagus teksnya dalam bentuk apa Pak?


13 Februari pukul 8:36 · Suka


 


ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ http://verkedell.blogspot.com/p/blog-page_4.html


verkedell's: पररतोन्


VERKEDELL.BLOGSPOT.COM


13 Februari pukul 8:38 · Suka


 


Ida Bagus Aksaranya Devanagari semua


13 Februari pukul 8:40 · Suka


 


Ida Bagus Tapi bahasanya Jawa Kuno. Wah bagus itu. 


13 Februari pukul 8:41 · Suka


 


Damar Shashangka Yang saya punya sudah beraksara latin. Aslinya beraksara Bali berbahasa Kawi akhir (Jawa Tengahan).

Mengomentari terjemahan Pak I.b. Anom, terjemahan tersebut sama seperti terjemahan saya.

Subyek yang dibicarakan adalah Bhre Pandhansalas. Dituturkan dia pada awalnya berkuasa di Tumapel (añjênêng ing Tumapêl), lantas naik menjadi Raja (anuli Prabhu). Kemudian dituturkan dua tahun dia menjadi Raja (Prabhu rong tahun) disusul dia meninggalkan istana (tumuli sah saking kadhaton)

Nah baru kemudian narasi berikutnya menuturkan tentang putra Sang Sinagara (Putranira Sang Sinagara Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram, pamungsu Bhre Krêtabhum). Apa tujuan dituturkan, untuk menjelaskan kedudukan Bhre Pandhansalas yang kabur dari istana adalah KEPONAKAN dari empat putra Sang Sinagara ini. Dengan kata lain empat orang putra Sang Sinagara ini adalah paman dari Bhre Pandhansalas (kaprênah paman).

Narasi selanjutnya menuturkan seorang Raja yang meninggal pada 1400 Saka (Bhre Prabhu sang mokta ring kadhaton i saka sunya nora yoganing wong). Siapa Raja ini? Tentu yang berkuasa atas Majapahit. Tapi siapa? Belum jelas benar. Menurut saya, penulis Pararaton sepertinya terburu-buru dalam menyelesaikan tulisannya sehingga kepastian Raja yang meninggal tersebut menjadi kabur.


13 Februari pukul 8:45 · Suka · 1


 


Ida Bagus Saya hanya menerjemahkan berdasar teks yang saya dapat. Hanya itu saja. Karena teksnya demikian ya saya terjemahkan demikian.


13 Februari pukul 8:47 · Suka · 1


 


Damar Shashangka Atau dugaan lain, naskah Pararaton yang kita terima sekarang adalah naskah yang TINULAD alias naskah turunan dari sebuah naskah yang lebih kuno lagi. Dan naskah tersebut sudah banyak yang hilang sehingga naskah yang kemudian dicopy paste secara manual menjadi ambigu disana-sini.


13 Februari pukul 8:47 · Batal Suka · 2


 


Ida Bagus Kalau saya lihat dari epilog pararaton tsb yg saya dapat d blog.Sepertinya ditulis di Blambangan karena adanya telas sinurat ing Icasada ring Sila Penek. Karena saya sempat baca Babad Brahmana Kemenuh yang menyebutkan raja Mengwi berhasil mwngalahkan raja Blambangan yang disebut Sila Penek.


13 Februari pukul 10:19 · Batal Suka · 2


 


Ida Bagus Maksudnya Balambangan dsb dngan Sila Penek. Oleh karenanya raja Mengwi bergelar Maharaja Sakti Brangbangan.


13 Februari pukul 10:21 · Suka


 


ꦩꦲꦶꦱꦗꦼꦤꦂ ꦱꦧꦮꦤ brangbangan = sebrang-sebrangan ?


13 Februari pukul 10:31 · Suka


 


Ida Bagus Dalam teks kuno Blambangan sering ditulis Brangbangan. Mungkin dikarenakan sengau m dapat pula ditulis dan dikatakan ng. Contohnya Ahimsa dalam teka kuno sering ditulis ahingsa.


13 Februari pukul 10:39 · Batal Suka · 2


 


Siwi Sang Mas damar@ sip. Masih lanjut. Sementara saya nanggapi ini dulu:

Sampeyan menduga bhre koripan bhre mataram dan seterusnya pasti tinggal di keraton masing masing.

Tidak mas. Coba baca negarakertagama. Bhre wengker dan semua bhre punya rumah pribadi di dalam benteng kotaraja atau istana raja haram wuruk. Bhre bukan penggerak utama roda pemerintahan keraton daerah. Penggerak utama di daerah ya para patih. Bhre punya kantor atau istana di kotaraja dan punya tugas di kotaraja membantu raja majapahit.

Jadi jawaban saya ya empat putra sang sinagara memang meninggalkan keraton atau kotaraja trawulan ndaj tinggal bareng sang paman dan pastinya mereka melepas tanggung jawab di trawulan. Mereka memperkuat di keraton masing masing. Tapi putra mahkota bikin pusat di jinggan.

Empat putra sang sinagara sah saking kadaton jelas dapat saya jelaskan logika sejarahnya.


13 Februari pukul 11:09 · Suka · 1


 


Siwi Sang Mas damar@ coba itu cermati paparan kang aryo nugroho.


13 Februari pukul 11:12 · Suka

 
BERSAMBUNG