January 12, 2017

Tafsir Sejarah Dyah Lembu Tal Sebagai Ayah Raden Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit

Tafsir Sejarah Dyah Lembu Tal Sebagai Ayah Raden Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit [poto: relief di candi Sanggrahan Tulungagung] S... thumbnail 1 summary

Tafsir Sejarah Dyah Lembu Tal Sebagai Ayah Raden Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit [poto: relief di candi Sanggrahan Tulungagung]


Sejarah hubungan pertalian keluarga antara raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit dengan seorang tokoh bernama Dyah Lembu Tal merupakan kisah sejarah yang penuh polemik perbedaan tafsir. 

 

Satu tafsir menyebutkan bahwa raden Wijaya adalah putera pasangan Rakryan Jayadharma putera raja Sunda dengan permaisuri Dyah Lembu Tal puteri dari kerajaan Singasari. Versi ini menempatkan Dyah lembu Tal sebagai tokoh perempuan dan raden Wijaya berasal dari kerajaan Sunda. Sedang satu versi lagi menempatkan Dyah Lembu Tal sebagao tokoh laki merupakan putera dari Mahisa Cempaka atau Bhatara Narasingamurti seorang putera dari Mahisa Wonga Teleng Bhatara Parameswara. Tafsir versi ini menempatkan Dyah lembu Tal sebagai tokoh laki dan raden Wijaya tidak memiliki darah kerajaan Sunda.

Lalu mana tafsir atau versi yang lebih masuk akal lebih kuat rujukan sumber sejarahnya? Sejarah adalah soal keakuratan sumber data dan memiliki logika sejarah yang lebih masuk akal. Kita semua bebas memilih mau menggunakan tafsir yang mana. Sejarah multi tafsir dan dalam penulisan atau penafsiran sejarah tidak ada tanda titik.


Terkait tafsir sejarah hubungan raden Wijaya dengan Dyah lembu Tal, sudah dibahas juga dalam buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit. Buku ini menafsirkan atau mendukung tafsir prof Slamet Muljana bahwa Dyah Lembu Tal adalah ayah dari raden Wijaya.

Berikut ini penjelasan Siwi Sang terkait tafsir Dyah Lembu Tal sebagai ayah Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit yang pernah diunggah di :http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/04/menguak-kabut-sejarah-sang-perwira.html 

Meski Siwi Sang telah melakukan perbaikan atau revisi tafsir soal Dyah lembu Tal, catatan ini perli disimak untuk bahan pembacaan bersama. Karena agak panjang, catatan akan diunggah bersambung di sini. 



TAFSIR SEJARAH DYAH LEMBU TAL SEBAGAI AYAH RADEN WIJAYA

Raden Wijaya pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Majapahit adalah putera Dyah Lembu Tal. Dyah Lembu Tal adalah seorang tokoh laki yang memiliki garis keturunan langsung ke pendiri kerajaan Tumapel Singasari Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi Ken Arok.
RANGGAH RAJASA SANG AMURWABHUMI KEN AROK memiliki seorang permaisuri dan istri selir. Dari permaisuri Ratu Dedes, Ranggah Rajasa Ken Arok menurunkan Mahisa Wonga Teleng, Guning Bhaya, Panji Saprang, dan Dewi Rimbun. Sementara dari istri selir bernama Ken Umang, berdasarkan berita serat Pararaton, Ranggah Rajasa Ken Arok menurunkan Tohjaya, Panji Sudatu, Twan Wregola, dan Dewi Rimbi.

Dari jalur Ranggah Rajasa Ken Arok, kelak mengalirkan sejarah Majapahit. Ranggah Rajasa dan Ratu Dedes menurunkan Mahisa Wonga Teleng, menurunkan Sang Narasingamurti, menurunkan Dyah Lembu Tal, menurunkan Raden Wijaya.

Dari urutan garis darah laki itu, nyata bahwa Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit, murni berdarah Ranggah Rajasa.

Mahisa Wonga Teleng yang menikah dengan Dewi Rimbi, putri Ken Arok dari istri selir, pernah menjadi maharaja Panjalu Daha mulai 1227M-1248M.

Kemudian Sang Narasingamurti atau Mahisa Cempaka, putra bungsu Mahisa Wonga Teleng, juga menjadi maharaja Panjalu Daha mulai tahun 1250M-1254M lalu pindah ke Tumapel Singhasari sampai tahun 1270M memerintah bersama kakak sepupu, Wisnuwardhana Seminingrat.

Putra kandung Sang Narasingamurti, Dyah Lembu Tal, ternyata tidak menjadi raja, melainkan berperan sebagai panglima angkatan perang Sri Kertanegara. Karena itu Prapanca dalam kakawin Decawarnanna pupuh 46/2 memuji ayah Raden Wijaya itu sebagai Sang Wireng Laga atau Sang Perwira Yudha, artinya tokoh yang gagah berani dalam medan perang.

Buku Girindra : Pararaja Tumapel Majapahit menarasikan lengkap tafsir baru pararaja Tumapel atau keluarga trah Girindra yang dibangun Ranggah Rajasa.

Antara lain menafsirkan bahwa setelah Ranggah Rajasa wafat, kerajaan Tumapel pecah menjadi Panjalu Kadiri dan Jenggala Kutaraja. Dalam waktu bersamaan kedua daerah ini hidup sebagai dua kerajaan bersaudara sampai akhirnya kembali bersatu dalam bendera Tumapel Singasari pada masa pemerintahan Sri Wisnuwardhana Seminingrat.

Buku Girindra juga menafsirkan atau mendukung penafsiran professor Slamet Muljana terkait asal usul Dyah Lembu Tal sebagai tokoh berjenis kelamin laki, bukannya perempuan.

Bahwa Dyah Lembu Tal adalah putra Sang Narasingamurti yang kelak menurunkan Raden Wijaya dan Arya Bangah atau Mpu Tilam.

Setahun setelah bertahta di Panjalu Daha, sang Narasingamurti menikah dan dari permaisuri menurunkan seorang putra bernama dyah Lembu Tal yang lahir sekitar 1252M. Kelak dyah Lembu Tal, dari seorang permaisuri, menurunkan Nararya Sanggramawijaya, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit. [Girindra hal. 82]

Hubungannya dyah Lembu Tal dengan darah Pajajaran kiranya dari istri kedua. Dari istri pertama dyah Lembu Tal menurunkan raden Wijaya, sementara dari istri kedua dari Pajajaran, menurunkan arya Bangah. Setelah datang ke Majapahit, arya Bangah yang dikenal juga sebagai Mpu Tilam diangkat sebagai patih Daha menggantikan Mpu Sora yang gugur pada 1300M. [Girindra hal.84]

Pada bagian lain, buku Girindra juga menyebut tegas bahwa Dyah lembu Tal sohor sebagai Sang Perwira Yudha dan merupakan tokoh yang menganut agama Boddha.

===============
SIWI SANG
BERSAMBUNG