January 12, 2017

Tafsir Sejarah Dyah Lembu Tal Sebagai Ayah Raden Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit [2]

  Negarakertagama menyebut dyah Lembu Tal sebagai sang Perwira Yudha atau sosok yang gagah perwira di medan perang. Dalam sejarah parara... thumbnail 1 summary
 

Negarakertagama menyebut dyah Lembu Tal sebagai sang Perwira Yudha atau sosok yang gagah perwira di medan perang. Dalam sejarah pararaja Tumapel dan Majapahit, Negarakertagama yang selesai ditulis pada 1365M hanya menyebut dua tokoh bergelar sang Perwira Yudha, yaitu Ranggah Rajasa dan dyah Lembu Tal. Nyata ini gelar istimewa, tidak setiap tokoh mendapatkannya. [Girindra hal. 131-132]



Tokoh ini hanya termuat dalam Negarakertagama karya Prapanca. Sangat mungkin Prapanca sengaja membuka kembali sejarah pahlawan besar dyah Lembu Tal yang menganut Boddha. Prapanca sangat berkepentingan dengan perkara ini. Prapanca adalah penganut Boddha, pernah menjadi dharmaupapati Kandangan rarai. Prapanca sangat mungkin lama kecewa ketika dyah Lembu Tal yang oleh para penganut Boddha dianggap sebagai pahlawan besar, bapak pendiri negara, tidak pernah disinggung dalam prasasti manapun, terutama oleh putranya sendiri, Wijaya. Kenyataan ini memunculkan dugaan Wijaya sengaja tidak membicarakan dyah Lembu Tal, lantaran ayahnya penganut Boddha. Sementara Wijaya sedang berjuang mengangkat derajat darah Girindra atau Rajasa, sedang berjuang mengibarkan bendera kerajaan berhaluan Siwa. Kemungkinan kedua mengapa raden Wijaya tidak pernah bicara tentang dyah Lembu Tal, karena ayahnya tidak pernah menjadi raja, beda dengan sang kakek, Bhatara Narasingamurti. Tentu derajatnya bakal kurang dahsat jika mengaku semata putra senapati keraton Singhasari. raden Wijaya berkepentingan menunjukkan dirinya sebagai keturunan raja. Raden Wijaya menyebut sebagai keturunan Rajasa dari garis sang kakek, Narasinghamurti. Dyah Lembu Tal putra Narashingamurti dilintasi begitu saja. Ini sangat aneh. Selama ini tidak ada yang menguak jauh mengapa Wijaya ogah menyebut ayahnya sendiri. Ada apa sesungguhnya dengan tokoh dahsat dyah Lembu Tal? [Girindra hal. 132]

TERNYATA masih ada sebagian sejarawan yang meragukan identifikasi Dyah Lembu Tal sebagai tokoh berjenis kelamin laki dan menganut agama Boddha. Dengan kata lain, pengidentifikasian Dyah lembu Tal dalam buku Girindra Pararaja Tumapel Majapahit mendapat sanggahan dan tentangan keras.

Sebagian sejarawan yang menyanggah dyah Lembu Tal sebagai ayah raden Wijaya tentu saja berpendapat bahwa bahwa Dyah Lembu Tal adalah tokoh berjenis kelamin perempuan, yang berdasarkan naskah dari Sunda dan Babad Tanah Jawi menyebutkan sebagai permaisuri putra makhota kerajaan Sunda yang kelak menurunkan Raden Wijaya atau Jaka Sesuruh. Sebagian sejarawan yang menyanggah itu juga berpendapat bahwa Dyah lembu Tal bukan tokoh yang menganut Boddha, melainkan Siwa sebagaimana Raden Wijaya.

Untuk menelusuri siapa Dyah Lembu Tal, dalam kesempatan ini sementara memulai dengan mengamati hasil karya atau penulisan Prapanca dalam kakawin Decawarnanna atau Negarakertagama yang selesai ditulis tahun 1365M.

Bahwa Prapanca ternyata seorang wartawan Majapahit yang penulisannya sangat kronologis.

Termasuk di sini ketika menulis sejarah para keluarga Girindra Tumapel dan terutama lagi terkait kapan tahun wafat dan dimana tempat pendarmaan mereka.


Prapanca tidak pernah mengulang dua kali ketika menulis itu, termasuk ketika menulis tahun wafat dan tempat pendarmaan Sang Narasingamurti.


===========
SIWI SANG
BERSAMBUNG