bagian depan bangunan induk candi Sanggrahan Tulungagung bsepetah pemugaran [poto Ace Sumanta 21/12/2016] |
Ketika tulisan ini diunggah, candi Sanggrahan Tulungagung sedang dalam proses pemugaran. Bangunan induk candi telah selesai dipugar. Sementara yang belum selesai pemugaran adalah bangunan dinding batu bata yang mengelilingi bangunan candi induk.
arca dhani Boddha di candi Sanggrahan jaman Belanda sumber poto: perpustakaan universitas Leiden |
bagian depan [barat] candi Sanggrahan sebelum pemugaran |
Candi Sanggrahan terletak di dusun Sanggrahan, desa Sanggrahan,
kecamatan Boyolangu, Tulungagung. Candi berbahan batu andesit ini
dikenal pula sebagai candi Cungkup. Merupakan candi terbesar yang
ditemukan di Tulungagung. Sejak diketemukan, bentuk bangunan utama candi
Sanggrahan masih cukup baik, hanya pada bagian atas sudah grompal.
Candi ini menghadap arah barat. Tidak
memiliki hiasan relief pada dinding tubuh candi. Namun pada dinding
candi bagian bawah atau kaki candi terdapat hiasan relief aneka hewan
seperti singa dan serigala. Relief relief itu berada dalam kotak kotak
persegi panjang.
Yang sangat unik dan bikin heran banyak
kalangan, tiap relief berdiri sendiri atau terpisah dengan relief
lainnya sehingga sangat sulit mencari atau menjalin alur cerita dari
tiap relief tersebut.
Tidak jelas diketahui, apakah relief
relief hewan di Candi Sanggrahan memuat suatu cerita sebagaimana relief
relief Pancatantra ataukah sekadar ornamen atau hiasan candi tanpa
cerita.
Pada kenyataannya, selama ini, belum ada
Arkeolog atau Sejarawan yang mampu menerjemahkan atau mengidentifikasi
secara jitu keberadaan relief relief hewan di Candi Sanggrahan
Tulungagung.
Menurut Siwi Sang, aneka relief hewan
seperti singa di Candi Sanggrahan Tulungagung mengingatkan pada figur
figur utama tokoh hewan dalam naskah TANTRI KAMANDAKA.
Tantri Kamandaka merupakan satu naskah
berbahasa Jawa kuna yang memuat kisah utama dunia satwa atau fabel yaitu
kisah pertarungan seekor lembu betina bernama NANDAKA dan seekor singa
yang menjadi raja Margasatwa bernama Sri CANDAPINGGALA. Singa
Candapinggala memiliki patih, seekor srigala bernama SAMBADA.
Relief di candi Sanggrahan bukan Harimau atau Macan, tetapi SINGA. Harimau jelas beda dengan Singa.
Hewan singa tidak hidup di tanah Jawa. Hewan singa hanya muncul dalam berbagai naskah cerita Jawa kuna.
Salah satu naskah yang menampilkan figur Singa adalah Tantri Kamandaka.
Menjadi sangat menarik ketika Candi Sanggrahan Tulungagung memiliki relief hewan berujud SINGA.
relief figur hewan singa di candi Sanggrahan Tulungagung |
relief candi Sanggrahan |
Relief di Candi Sanggrahan Tulungagung |
Relief di Candi Sanggrahan Tulungagung |
Candi ini dikelilingi dinding bujur
sangkar tersusun dari batu bata dan berhalaman luas. Posisi candi
menghadap barat. Candi Sanggrahan dan halaman di bagian dalam dinding
yang mengelilinginya memiliki kedudukan lebih tinggi sekitar dua meter
dari areal tanah di luar dinding bata.
Terdapat tangga naik di tengah dinding
batu bata yang berada di barat atau depan candi utama. Tangga ini
memiliki sembilan anak tangga. Tangga naik ini tidak segaris lurus
dengan kedudukan tangga candi yang sudah grompal. Tinggi tangga sekitar
dua meter.
Di kanan dan kiri tangga ini masih terlihat sisa bangunan yang diperkirakan berbentuk semacam gapura gerbang atau pintu gerbang.
Candi Sanggrahan Tulungagung kalau dicermati lebih jeli memang terlihat unik.
Mengapa candi Sanggrahan Tulungagung dikelilingi dinding terbuat dari batu bata bertangga naik yang cukup tinggi?
Ini tugas ahli arkeologi untuk merekonstruksi ulang bangunan Candi Sanggrahan Tulungagung.
Pada halaman candi pernah ditemukan
beberapa arca Boddha, sehingga banyak sejarawan menyimpulkan situs ini
bangunan peninggalan agama Boddha.
Tidak ditemukan angka tahun di sekitar areal candi Sanggrahan.
Beberapa sejarawan menduga candi Cungkup
merupakan peninggalan jaman Majapahit, berdasarkan bekas bangunan di
bagian pintu gerbang dan di belakang candi serta bangunan dinding areal
candi yang terbuat dari batu bata.
Menjadi pertanyaan juga, apakan setiap bangunan yang tersusun dari batu bata di Jawa Timur pasti peninggalan jaman Majapahit.
Dan apakah bangunan berbahan batu andesit di Jawa Timur termasuk Tulungagung menandakan sebagai peninggalan sebelum Majapahit.
Bagaimanapun, identifikasi soal kapan
persisnya pembangunan candi Sanggrahan masih belum tuntas. Selain tidak
ditemukan angka tahun, keberadaan candi Sanggrahan juga tidak termuat
dengan jelas dalam prasasti atau naskah seperti kakawin negarakertagama,
berbeda dengan candi Boyolangu tempat pendharmaan Kertarajasapatni atau
Rajapatni dyah Gayatri yang termuat dalam kakawin Negarakertagama.
Lagi lagi tugas besar para ahli arkeologi
dan sejarawan untuk mengadakan penelitian lanjut soal latar belakang
sejarah keberadaan candi Sanggrahan.
Karena namanya candi Sanggrahan, sebagian banyak pendapat mengatakan bahwa candi ini pernah digunakan sebagai tempat mesanggrah.
Siwi Sang dalam buku GIRINDRA : Pararaja
Tumapel-Majapahit [2013] menulis, kedudukan candi Sanggrahan,
sebagaimana namanya, merupakan tempat untuk mesanggrah rombongan istana
yang mengikuti prosesi perabuan Rajapatni dyah Gayatri di candi Dadi.
Rombongan Majapahit mendirikan perkemahan di areal candi Sanggrahan yang
memang berhalaman luas, berpagar keliling dan terdapat saluran air. Dan
ketika abu jenazah Rajapatni dyah Gayatri ditanam di Boyolangu,
rombongan istana juga menggunakan candi Sanggrahan sebagai tempat
mesanggrah atau berkemah karena pada waktu itu lokasi wilayah antara
candi Sanggrahan dengan Boyolangu merupakan daerah rawa. Untuk menuju
candi Boyolangu harus menaiki perahu. Begitu pula ketika berjiarah ke
candi Boyolangu, rombongan istana mesanggrah di candi Cungkup.
candi Sanggrahan Tulungagung setelah pemugaran [poto Ace Sumanta Desember 2016] |
bagian depan bangunan induk candi Sanggrahan Tulungagung setelah pemugaran [poto Ace Sumanta 12/2016] |
###########
sumber tulisan: https://siwisang.wordpress.com/tag/candi-sanggrahan/