candi brahu
November 15, 2016
|
candi brahu |
Shalahuddin Gh Siwi Sang:
ada frasa "kaprĂȘnah paman" dalam teks pararaton yang diterjemah Damar Shashangka yang
tidak sampean sertakan. apakah memang pararaton yang sampean terjemahkan tidak
menyebut frasa itu? jika demikian, apakah memang ada beberapa versi pararaton
yang beredar? saya rasa ini bukan masalah trivial. tidakkah demikian, Sandikasvidya
Sankara?
Lanjutan
diskusi sejarah keruntuhan kerajaan Majapahit atau masa akhir kerajaan
Majapahit. Kali ini topik bahasan tentang pro dan kontra tafsir Serat
Pararaton bait terakhir. Mempersoalkan siapa tokoh yang bergelar SANG
SINAGARA, siapa yokoh Majapahit yang meninggalkan keraton pada tahun
1468M, sampai pada siapa tokoh atau raja Majapahit yang meninggal tahun
1478M
Diskusi sebelumnya http://kisahsejarahklasik.blogspot.co.id/2016/11/diskusi-sejarah-keruntuhan-majapahit_10.htm
Damar Shashangka Masalah
Sang Sinagara kita pernah mendiskusikannya. Interpretasi saya : Dia adalah
putra Wikramawardhana sebagaimana berita Pararaton bahwa :
Bhra Yang Wisesa apuputra mijil Bhre TumapĂȘl, putrestri mijil Bhre Prabhu Stri,
bhiseka Dewi Suhita. Manih putra pamungsu jalu Bhre TumapĂȘl, Sri KrĂȘtawijaya.
“Bhra Yang Wisesa berputra Bhre TumapĂȘl, putra wanita Bhre Prabhu Stri,
bergelar Dewi Suhita. Lagi putra termuda lelaki Bhte TumapĂȘl, Sri KrĂȘtawijaya.”
Nah interpretasi saya, Sang Sinagara adalah Bhre TumapĂȘl yang disebut pertama
kali dalam teks Pararaton tersebut. Ini juga sudah pernah kita diskusikan.
Dengan demikan, Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram dan Bhre Kretabhumi
adalah keponakan Sri Kertawijaya dan sepupu dengan Rajasawardhana Dyah Wijayakumara
yang sampeyan nisbatkan sebagai Sang Sinagara tersebut.
Rajasawardhana Dyah Wijayakumara memiliki saudara kandung Girisyawardhana Dyah
Suryawikrama. Inilah ayah dari Suraprabhawa alias Bhre Pandhansalas. Maka
dengan demikian, sudah benar Pararaton menyebut Bhre Koripan, Bhre Pamotan,
Bhre Mataram dan Bhre Kretabhumi adalah paman dari Suraprabhawa alias Bhre
Pandhansalas. Jangan diwolak-walik.
Damar Shashangka NB
: Bhre Pandhansalas ini yang disebut 'sah saking kadhaton - pergi dari istana'.
Sudah sangat jelas narasinya di Pararaton :
Prabhu rong tahun TUMULI sah saking kadhaton
Menjadi Raja selama dua tahun LANTAS pergi dari istana.
Dan Bhre Pandhansalas ini adalah sepupu dari Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre
Mataram dan Bhre Kretabhumi. Kalau dibalik, empat orang ini adalah paman dari
Bhre Pandhansalas.
Damar Shashangka Jadi,
menurut interpretasi saya atas teks akhir Pararaton, yang pergi dari istana
adalah Bhre Pandhansalas alias Suraprabhawa, bukan empat orang putra Sinagara
sebagaimana interpretasi sampeyan.
Shalahuddin Gh Damar Shashangka Siwi Sang:
sepertinya masalahnya ada pada terjemahan.
naskah asli pararaton:
Bhre Pandhansalas anjĂȘnĂȘng ing TumapĂȘl anuli Prabhu i sÄka brÄhmana naga kaya
tunggal. Prabhu rong tahun tumuli sah saking kadhaton.Putranira Sang SinÄgara,
Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram, pamungsu Bhre KrĂȘtabhumi kaprĂȘnah
paman. Bhre Prabhu sang mokta ring kadhaton i saka sunya nora yoganing
wong.
terjemahan siwi sang:
“Bhre Pandansalas dinobatkan sebagai baginda di Tumapel, lalu menjadi maharaja
Majapahit pada tahun saka 1388/1466M. Ketika Sang Prabhu baru bertahta selama
dua tahun, anak-anak Sang Sinagara meninggalkan istana, yaitu Bhre Kahuripan,
Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan pamungsu Bhre Kertabhumi. Baginda Prabhu ini
termasuk paman mereka. Baginda Prabhu wafat di keraton pada tahun saka
1400/1478M.
terjemahan damar:
"Bhre Pandhansalas yang berkuasa di TumapĂȘl lantas menjadi Prabhu (Raja)
pada tahun saka brÄhmana naga kaya tunggal (1388 Saka). Menjadi Prabhu selama
dua tahun lantas pergi dari istana. Putra dari Sang SinÄgara, Bhre Koripan,
Bhre Pamotan, Bhre Mataram, dan yang termuda Bhre KrĂȘtabhumi adalah pamannya.
Raja wafat di istana pada tahun saka sunya nora yoganing wong (1400
Saka)."
siwi sang menyimpulkan bahwa yang meninggalkan istana adalah empat orang putra
Sinagara. sementara menurut damar, yang meninggalkan istana adalah Bhre
Pandhansalas alias Suraprabhawa, bukan empat orang putra Sinagara.
mana terjemahan yang lebih akurat? siapa yang bisa membabarnya? bliSandikasvidya
Sankara bisa membantu? menurut saya, tafsiran hanya bisa
dilakukan (dan jika diperlukan) kalau terjemahan atas suatu teks sudah tepat,
kecuali di dalam teks itu sendiri masih menimbulkan beberapa pertanyaan.
Damar Shashangka
Kapindho Itu teks asli Pararaton yang sampeyan copas sudah
dipotong-potong sedemikian rupa oleh mas Siwi Sang. Sebaiknya juga dicantumkan
teka asli Pararaton yang saya unggah.
Ki Damar Wullung Kang Shalahuddin Gh..pembacaan
titik koma pada naskah pararaton sy kira bisa berpengaruh ke arti dan hasil
terjemahan..jadi pembacaan yg tepat memang diperlukan org yg expert terhadap bahasa
selain ahli sejarah itu sendiri..
Shalahuddin Gh Ki Damar Wullung:
benar sekali, mas. saya seorang editor, jadi bisa memahami hal itu. sayangnya,
saya tak cukup pintar memahami bahasa kawi/jawa kuno atau bahasa peralihan dari
jawa kuno ke jawa baru--yang menjadi bahasa pararaton ini. kita butuh seorang
ahli bahasa jawa kuno dan jawa peralihan untuk bisa menilai mana terjemahan
yang akurat dan mana terjemahan yang tidak akurat. ingat, sering kali
permasalahan timbul dari bahasa!
Siwi Sang Mas
damar@ ok. Yang jelas diskusi dengan sampeyan menjadi saya semakin lebih
menelisik lagi kerna ada selalu muncul pandangan baru. Ini saya banyak
nyemaknya kerna lagi mau disambi njagong.
Terkait suraprabhawa yang sampeyan tafsir adik kandung rajas...Lihat
Selengkapnya
Siwi Sang Mas
damar@ kita akan coba cek bhre pandansalas suraprabhawa. Ok. Katakanlah
suraprabhawa meninggalkan keraton atau turun tahta majapahit tahun 1468M atau
setelah dua tahun jadi maharaja majapahit trawulan.
pertanyaannya:
1.kemana selanjutnya suraprabhawa, apakah masih jadi maharaja di tempat lain
atau wafat tahun berapa?
2. kenapa suraprabhawa meninggalkan keraton?
3. siapa yang jadi maharaja pengganti suraprabhawa tahun 1468M.
sebagai catatan suraprabhawa juga mengeluarkan prasasti pamintihan 1473M/1474M
untuk memberi anugerah pada satu pengikut setianya yaitu sang arya surung.
prasasti ini ditemukan di bojonegoro.
Sandikasvidya
Sankara Kang mas Shalahuddin Gh,
matur nuwun pajenengan sami. Menurut teks yang Pararaton asli postingan mas
shalahudin terjemahan menurut mas Damar Shashangka :
bhre pandhansalas berkuasa (dinobatkan) di tumapel menjadi raja pada tahun saka
1388. Menjadi prabhu (raja) dua tahun lalu pergi dari istana. Putra beliau sang
sinagara, bhre koripan, bhre pamotan bhre mataram, yang bungsu bhre kretabhumi
pernah pamannya. Raja wafat di istana pada tahun 1400.
Mohon maaf guru saya kang mas damar saya jadi bertanya, apakah teks pararaton
yang diterjemahkanya itu teks asli? Saya ada teks dari leden belanda.
Setahu saya ada yang salah dengan teks itu, yakni pada kata "prabhu rong
tahun tumuli sah saking kadhaton. Putra nira,... Seharusnya itu tidak ada
titik. Tepatnya adalah. Prabhu rong tahun tumuli sah saking kedhaton putranira
sang sinagara,.... Maka terjemahanya akan menjadi "sang raja dua tahun
berkuasa pergi dari istana putra beliau sang sinagara,.....jadi terjemahanya.
Bhre pandhansalas berkuasa (dinobatkan) di tumapel menjadi raja pada tahun saka
1388. Menjadi raja dua tahun lalu pergi dari istana putra beliau sang sinagara
bhre koripan, bhre pamotan, bhre mataram, yang bungsu bhre kertabhumi adalah
pernah pamannya (sang raja adalah paman dari putra sang sinagara). Sang raja
wafat di istana pad tahun saka 1400. Jadi yang meninggalkan istana adalah putra
sang sinagara, dimana raja bhre pandhansalas adalah paman mereka.
ꊩêŠČꦶꊱêŠꦼꊀꦂ êŠ±êŠ§êŠźêŠ€ itu
memang para putra sang sinagara yang wafat 1375, ---> [32] bhrĂȘ pamotan
añjĂȘnĂȘng ing kĂȘling kahuripan abhisĂȘkanira çri RajasawaÄana mokta sang sinagara
dhinama ring sĂȘpang i çaka wisaya ' kudanahut ' wong] 1375-
Sandikasvidya
Sankara Terjemahan kang mas damar bukan salah, matur nuhun
sekali, tetapi ada sedikit kekeliruan dalam tanda baca. Dalam teori semiotika
sastra bahasa teks ada tanda dan penanda dan itu mengandung makna, salah ketik
teks, baik tanda baca bisa mengabsurkan makna teks. Jika terjemahan mas damar,
sekali lagi maaf, ada ketidak kongruwensian, jika sang prabhu meninggalkan istana,
lalu kok pada bagian teks akhir dijelaskan sang prabhu mangkat di istana. Itu
ketidak konhrewensiannya...maaf saya orang tuna tuwi ikang papa....dan maafkan
jika salah, rahayu..
Damar Shashangka Katakanlah
terjemahan saya salah, berarti terjemahan Pararaton oleh Agus Kriswanto juga
salah. Buku itu diterbitkan oleh Wedatama Widya Sastra 2009.
Shalahuddin Gh Sandikasvidya
Sankara Damar Shashangka: CMIIW. Yang pernah sedikit saya ketahui,
dalam penulisan-penulisan kuno, tanda baca terkesan kurang jelas, baik
"titik" atau "komanya". Konon aksara untuk menulis al-quran
sendiri tanpa harokat, bahkan tanpa titik penanda huruf-hurufnya. Huruf
"jim" dan "khok", misalnya, konon ditulis sama. Di kemudian
hari, ada upaya dari otoritas pengetahuan pasca-khulafaur rasyidin untuk
mempermudah dan menyeragamkan pembacaan.
Jika demikian, maka konteks pembacaan secara lebih luas mempunyai signifikansi
yang besar. Tidakkah demikian? Maka, menurut saya, pembacaan atau penerjemahan
suatu teks tertentu, selain harus memperhatikan konteks secara keseluruhan,
juga mutlak haru merujuk kepada teks-teks lain terkait sebagai pembanding,
untuk mengetahui duduk-perkara suatu hal yang dibahas. Penerjemah, dalam hal
ini, tidak hanya dituntut untuk menguasai bahasa yang diterjemahkan, melainkan
juga dituntut untuk mengetahui hal-ihwal tema yang diterjemahkan. Dua hal itu
menurut saya mutlak diperlukan bagi seorang penerjemah. Saya juga seorang
penerjemah dulunya. Untuk buku-buku sastra dan filsafat. Dari bahasa Ingris ke
Indonesia. Tentu saja saya tidak pernah berani menerjemah teks fisika atau
kedokteran, sebab saya tak punya ilmu yang adekuat untuk menerjemahnya.
Salah-salah orang bisa mati jika membaca terjemahan saya yang salah karena
mempraktekkannya.
Damar Shashangka Dan
setahu saya, aksara Jawa maupun Kawi tidak mengenal titi dan koma yang jelas.
Sandikasvidya
Sankara Pajenengan saya kang mas Shalahuddin Gh,
guru inspiratos saya kang mas Damar Shashangka,
kemunngkinan transliterasinya yang salah. Nanti saya kirimkan kang mas damar
buku pararaton teks kawi belanda....asli belum diterjemahkan ke bahasa
indonesia....rahayu
Shalahuddin Gh Siwi Sang:
ada frasa "kaprĂȘnah paman" dalam teks pararaton yang diterjemah Damar Shashangka yang
tidak sampean sertakan. apakah memang pararaton yang sampean terjemahkan tidak
menyebut frasa itu? jika demikian, apakah memang ada beberapa versi pararaton
yang beredar? saya rasa ini bukan masalah trivial. tidakkah demikian, Sandikasvidya
Sankara?
Damar Shashangka Mengenai
ketidak sinkronan antara narasi awal dan akhir sebuah teks Kuno, bagi saya itu
tidak mengejutkan. Banyak teks kuno yang memiliki narasi meloncat-loncat.
Kadang tidak nyambung. Dan fenomena seperti ini yang memunculkan banyak
tafsiran atasnya. Sehingga narasi pertama tentang 'sah saking kadhaton'
dan narasi berikutnya tentang 'Bhre Prabhu sang mokta ring kadhaton' memang
bukan dalam satu kesatuan peristiwa. Itu yang bisa saya tangkap dari teks akhir
Pararaton. Btw, saya tunggu Pararaton teks Kawinya.
Shalahuddin Gh Damar Shashangka:
sedikit meloncat dari tema bahasan. katanya dalam pararaton juga disebut
negarakretagama. seorang teman pernah bilang pada saya:
"Ada kemungkinan pararaton yang saat ini beredar adalah semacam saduran
dari pararaton yang lebih tua, yang mungkin mendahului negarakertagama.
Atau bisa jadi pararaton yang beredar sekarang adalah
terjemahan-bahasa-jawa-peralihan dari bahasa kawi yang tentu saja usianya lebih
tua."
apakah ada kemungkinann kitab pararaton usianya lebih tua dari
negarakertagama/desawarnana? hanya saja pararaton yang beredar saat ini adalah
saduran/terjemahan dari pararaton yang usianya lebih tua?
Damar Shashangka Saya
tidak tahu akan itu, mas. Tapi naskah Pararaton sementara ini diketahui ada
lima buah yang sedikit berbeda redaksinya.
Damar Shashangka Semua
tersimpan dalam Perpustakaan Nasional RI, Jakarta :
1. Naskah pertama, naskah A 19 L 337
2. Naskah kedua, naskah B 19 L 550
3. Naskah ketiga, naskah C 19 L 600
4. Naskah keempat, naskah D 19 L 600b
5. Naskah kelima, naskah E 107cMix 3/95
Yang terhitung lengkap dan yang banyak beredar saat ini adalah naskah C 19 L
600 dan naskah B 19 L 550. Semuanya menggunakan aksara Bali dan bahasa Kawi
akhir (Jawa Tengahan). Dan lagi-lagi setahu saya, aksara Bali -seperti juga
aksara Jawa- tidak tegas dalam membubuhkan titik maupun koma.
Siwi Sang Mas
shalahuddin@ saya punya pararaton versi buku cetak dan unduhan. Antaranya
padmapuspita 1966. kita tau pararaton dibahas pertama oleh brandes. saya kira
kita punya catatan yang sama terkait bagian akhir itu. pararaton yang saya
punya ya ada frasa kapernah paman. kalok yang saya unggah di komen atas sana
ndak ada berarti saya kurang teliti. mohon maaf sesudahnya.
kapernah paman dalam kontek itu adalah merujuk pada tokoh atau bhre prabhu yang
mokta ring kadaton i saka sunyi nora yuganing wong. jadi bhre prabhu adalah
kapernah paman dari empat putra sang sinagara. ya ini pas jika kita pendapat
menautkan dengan sumber prasasti bahwa suraprabhama adik kandung sang sinagara
rajasawardhana.
Siwi Sang Saya
sepakat, untuk menerjemahkan atau menafsir bait ambigu ini kita harus pula
memahami kontek peristiwa yang melingkupinya di luar teks serta menafsir tek
lain.
BERSAMBUNG