Tafsir Sejarah Dyah Lembu Tal Sebagai Ayah Raden Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit [poto: relief di candi Sanggrahan Tulungagung] |
Sejarah hubungan pertalian keluarga antara raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit dengan seorang tokoh bernama Dyah Lembu Tal merupakan kisah sejarah yang penuh polemik perbedaan tafsir.
Satu tafsir menyebutkan bahwa raden Wijaya adalah putera pasangan Rakryan Jayadharma putera raja Sunda dengan permaisuri Dyah Lembu Tal puteri dari kerajaan Singasari. Versi ini menempatkan Dyah lembu Tal sebagai tokoh perempuan dan raden Wijaya berasal dari kerajaan Sunda. Sedang satu versi lagi menempatkan Dyah Lembu Tal sebagao tokoh laki merupakan putera dari Mahisa Cempaka atau Bhatara Narasingamurti seorang putera dari Mahisa Wonga Teleng Bhatara Parameswara. Tafsir versi ini menempatkan Dyah lembu Tal sebagai tokoh laki dan raden Wijaya tidak memiliki darah kerajaan Sunda.
Lalu mana tafsir atau versi yang lebih masuk akal lebih kuat rujukan sumber sejarahnya? Sejarah adalah soal keakuratan sumber data dan memiliki logika sejarah yang lebih masuk akal. Kita semua bebas memilih mau menggunakan tafsir yang mana. Sejarah multi tafsir dan dalam penulisan atau penafsiran sejarah tidak ada tanda titik.
Terkait tafsir sejarah hubungan raden Wijaya dengan Dyah lembu Tal, sudah dibahas juga dalam buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit. Buku ini menafsirkan atau mendukung tafsir prof Slamet Muljana bahwa Dyah Lembu Tal adalah ayah dari raden Wijaya.
Berikut ini penjelasan Siwi Sang terkait tafsir Dyah Lembu Tal sebagai ayah Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit yang pernah diunggah di :http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/04/menguak-kabut-sejarah-sang-perwira.html
Meski Siwi Sang telah melakukan perbaikan atau revisi tafsir soal Dyah lembu Tal, catatan ini perli disimak untuk bahan pembacaan bersama. Karena agak panjang, catatan akan diunggah bersambung di sini.
TAFSIR SEJARAH DYAH LEMBU TAL SEBAGAI
AYAH RADEN WIJAYA
Raden Wijaya pendiri sekaligus raja
pertama kerajaan Majapahit adalah putera Dyah Lembu Tal. Dyah Lembu Tal adalah
seorang tokoh laki yang memiliki garis keturunan langsung ke pendiri kerajaan
Tumapel Singasari Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi Ken Arok.
RANGGAH RAJASA SANG AMURWABHUMI KEN
AROK memiliki seorang permaisuri dan istri selir. Dari permaisuri Ratu Dedes,
Ranggah Rajasa Ken Arok menurunkan Mahisa Wonga Teleng, Guning Bhaya, Panji
Saprang, dan Dewi Rimbun. Sementara dari istri selir bernama Ken Umang,
berdasarkan berita serat Pararaton, Ranggah Rajasa Ken Arok menurunkan Tohjaya,
Panji Sudatu, Twan Wregola, dan Dewi Rimbi.
Dari jalur Ranggah Rajasa Ken Arok,
kelak mengalirkan sejarah Majapahit. Ranggah Rajasa dan Ratu Dedes menurunkan
Mahisa Wonga Teleng, menurunkan Sang Narasingamurti, menurunkan Dyah Lembu Tal,
menurunkan Raden Wijaya.
Dari urutan garis darah laki itu,
nyata bahwa Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit, murni berdarah Ranggah
Rajasa.
Mahisa Wonga Teleng yang menikah dengan
Dewi Rimbi, putri Ken Arok dari istri selir, pernah menjadi maharaja Panjalu
Daha mulai 1227M-1248M.
Kemudian Sang Narasingamurti atau
Mahisa Cempaka, putra bungsu Mahisa Wonga Teleng, juga menjadi maharaja Panjalu
Daha mulai tahun 1250M-1254M lalu pindah ke Tumapel Singhasari sampai tahun
1270M memerintah bersama kakak sepupu, Wisnuwardhana Seminingrat.
Putra kandung Sang Narasingamurti,
Dyah Lembu Tal, ternyata tidak menjadi raja, melainkan berperan sebagai
panglima angkatan perang Sri Kertanegara. Karena itu Prapanca dalam kakawin
Decawarnanna pupuh 46/2 memuji ayah Raden Wijaya itu sebagai Sang Wireng Laga
atau Sang Perwira Yudha, artinya tokoh yang gagah berani dalam medan perang.
Buku Girindra : Pararaja Tumapel
Majapahit menarasikan lengkap tafsir baru pararaja Tumapel atau keluarga trah
Girindra yang dibangun Ranggah Rajasa.
Antara lain menafsirkan bahwa
setelah Ranggah Rajasa wafat, kerajaan Tumapel pecah menjadi Panjalu Kadiri dan
Jenggala Kutaraja. Dalam waktu bersamaan kedua daerah ini hidup sebagai dua
kerajaan bersaudara sampai akhirnya kembali bersatu dalam bendera Tumapel
Singasari pada masa pemerintahan Sri Wisnuwardhana Seminingrat.
Buku Girindra juga menafsirkan atau
mendukung penafsiran professor Slamet Muljana terkait asal usul Dyah Lembu Tal
sebagai tokoh berjenis kelamin laki, bukannya perempuan.
Bahwa Dyah Lembu Tal adalah putra
Sang Narasingamurti yang kelak menurunkan Raden Wijaya dan Arya Bangah atau Mpu
Tilam.
Setahun setelah bertahta di Panjalu
Daha, sang Narasingamurti menikah dan dari permaisuri menurunkan seorang putra
bernama dyah Lembu Tal yang lahir sekitar 1252M. Kelak dyah Lembu Tal, dari
seorang permaisuri, menurunkan Nararya Sanggramawijaya, pendiri sekaligus raja
pertama Kerajaan Majapahit. [Girindra hal. 82]
Hubungannya dyah Lembu Tal dengan
darah Pajajaran kiranya dari istri kedua. Dari istri pertama dyah Lembu Tal
menurunkan raden Wijaya, sementara dari istri kedua dari Pajajaran, menurunkan
arya Bangah. Setelah datang ke Majapahit, arya Bangah yang dikenal juga sebagai
Mpu Tilam diangkat sebagai patih Daha menggantikan Mpu Sora yang gugur pada
1300M. [Girindra hal.84]
Pada bagian lain, buku Girindra juga
menyebut tegas bahwa Dyah lembu Tal sohor sebagai Sang Perwira Yudha dan
merupakan tokoh yang menganut agama Boddha.
===============
SIWI SANG
BERSAMBUNG