Pada kesempatan ini sementara hanya menunjukkan bahwa wafat dan tempat pendarmaan Sang Anusapati hanya tertulis dalam satu pupuh, seperti juga tokoh tokoh lain keluarga Girindra Tumapel Singasari.
Sebagaimana termuat dalam pupuh
41/1, pada tahun 1248M Bhatara Anusanatha atau Anusapati berpulang ke
Girindrabhawana dan dicandikan di Kidal dengan perwujudan arca Siwa. Itu
menunjukkan Anusapati penganut agama Siwa.
Sangat mengherankan Anusapati tidak
didharmakan sebagai Boddha. Padahal ibunya, Ken Dedes, adalah penganut Boddha.
Anusapati juga punya kakek yang menjadi pandita agama Boddha yaitu mpu
Purwawidada dari panawijen itu.
Wafatnya Wisnuwardhana dan
Narasingamurti dalam kakawin Decawarnanna pupuh 41/4
Pupuh 41/4: Cakabda kanawawaniksithi
bhatara wisnu mulih ing suralaya pejah dinarmma ta sira waleri siwawimbha len
sugatawimbha munggwing jajaghu. Samantara muwah bhatara narasinghamurti sira
mantuk ing surapada hanar sira dinarmma de haji ri wengker uttamasiwarcca
mungggwing kumitir.
Terjemahannya: Tahun saka
1192/1270M, bhatara Wisnuwardhana berpulang ke kayangan Suralaya, beliau
didharmakan di Waleri dengan perwujudan arca Siwa dan di jajaghu sebagai
Boddha. Sementara itu bhatara Narasingamurti juga mantuk atau berpulang ke
Surapada atau kayangan dewa Siwa, beliau didharmakan di Wengker dengan
perwujudan arca Siwa di Kumitir.
Pupuh 41/4 memberitakan wafatnya dua
tokoh sekaligus tempat pendarmaannya. Bhatara Wisnu atau Wikramawardhana
berpulang ke Suralaya pada tahun 1270M didharmakan di Waleri dengan arca Siwa
dan di jajago dengan arca Boddha. Bahwa putra Anusapati ini didharmakan di dua
tempat sebagai Siwa dan Boddha. Ini dapat dimaknai bahwa Wisnuwardhana
dihormati kaum agama Siwa dan Boddha. Dari unsur nama Wisnu, raja ini lebih
kuat sebagai penganut Wisnu atau Siwa, bukannya Boddha. Didharmakan sebagai
Boddha, sangat mungkin karena sang raja dalam hidupnya sangat menghormati kaum
Boddha, atau dengan kata lain sang raja Wisnuwardhana telah menyatukan dua
agama besar waktu itu, SiwaBoddha. Ini seperti Ranggah Rajasa Ken Arok yang
didharmakan sebagai Siwa dan Boddha.
Kemudian pupuh 41/4 juga
memberitakan bahwa setelah kakak sepupunya wafat, Bhatara Narashingamurti
menyusul berpulang ke Surapada atau alam bhatara Siwa pada tahun 1270M atau ada
kemungkinan tahun 1271M dan didharmakan di pendharmaan raja di Wengker sebagai
arca Siwa di Kumitir. Dari keterangan berpulang ke alam Siwa dan didharmakan
dengan perwujudan Siwa, maka disimpulkan bahwa Sri Narasingamurti adalah tokoh
yang menganut agama Siwa.
Catatan sebelumnya: Tafsir Sejarah Dyah Lembu Tal Sebagai Ayah Raden Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit [4]
==============
SIWSI SANG
BERSAMBUNG